Untuk kesekian kalinya Israel menyerang rumah sakit (RS) di Gaza. Setelah pekan lalu membombardir rumah sakit terbesar di Gaza, Al Shifa, kini tentara Israel kembali menyerang RS Indonesia.
Direktur Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza Mohammad Zakkout, mengatakan situasi di fasilitas medis tersebut lebih buruk dari RS Al Shifa di Gaza. "Apa yang terjadi di sini lebih buruk dari yang terjadi di Rumah Sakit Al Shifa," ujarnya seperti dikutip Middle East Eye, Senin (20/11).
Pekan lalu, pasukan tentara Zionis telah menyerang kawasan sekitar RS Indonesia di jalur Gaza. Kini, sejak Minggu (19/11), mereka mengepung rumah sakit tersebut. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan penembak jitu dari Israel menargetkan orang-orang yang berada di dalam atau sekitar rumah sakit.
Sejak 7 Oktober, saat Israel menggencarkan serangan udara ke Gaza, sudah beberapa kali ledakan terjadi di sekitar RS Indonesia. Namun, penyerangan dan pengepungan kali ini adalah yang terburuk.
Akibatnya, sebanyak 12 orang tewas, puluhan orang termasuk dokter luka-luka, dan ratusan warga lainnya terkepung dalam RS tersebut. Nyawa ribuan pasien, tenaga medis, dan pengungsi berada dalam risiko kematian akibat pemboman langsung dan berulang-ulang terhadap Rumah Sakit Indonesia.
Laporan terbaru dari AFP menyebutkan pada Selasa (21/11), situasi dilaporkan masih mencekam. Sebanyak 200 pasien dievakuasi dari rumah sakit dengan bantuan Palang Merah Internasional (IRC). Mereka dibawa dengan bus ke rumah sakit Nasser di kota selatan Khan Yunis. "Tentara Israel mengepung rumah sakit Indonesia," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qudra.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengutuk keras serangan Israel ke RS Indonesia Gaza. Terlebih serangan itu telah menewaskan sejumlah warga sipil. "Serangan tersebut merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum humaniter internasional," kata Retno dalam keterangan persnya.
Alasan Israel Menyerang Rumah Sakit Indonesia di Gaza
Israel berdalih penyerangan dan pengepungan pasukannya ke Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza Palestina, karena rumah sakit tersebut dianggap sebagai tempat persembunyian kelompok militan Palestina, Hamas. Militer Israel mengatakan serangan ke RS Indonesia dilakukan untuk menanggapi serangan teroris yang lebih dulu dilakukan dari dalam rumah sakit tersebut.
Penasihat kebijakan luar negeri Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Ophir Falk, menegaskan serangan militer Israel ke RS Indonesia di Jalur Gaza Palestina sesuai hukum internasional. "Kami sepenuhnya mematuhi hukum internasional, dengan proporsionalitas, perbedaan, dan ada kebutuhan militer yang jelas untuk menghancurkan Hamas, dan itu lah yang kami lakukan," kata Falk kepada reporter Alex Marquardt dari CNN, Senin (20/11).
Menurutnya, pasukan militer Israel (IDF) hanya ingin menghancurkan Hamas. Dalam penyerangannya, IDF masih bisa membedakan sasaran antara warga sipil dan kelompok teroris. Falk membantah bahwa agresi Israel ke Gaza sengaja menargetkan warga sipil. Ia bahkan mengklaim militer Israel paling bermoral dan patuh terhadap hukum internasional dalam situasi perang seperti saat ini.
Sekilas Tentang RS Indonesia di Gaza
situs resmi MER-C, pembangunan RS Indonesia dimulai sejak 14 Mei 2011. RS ini dibangun di atas lahan wakaf Pemerintah Palestina seluas 16.261 meter persegi di Bayt Lahiya, Gaza Utara.
Ide pembangunan rumah sakit ini bermula saat tim medis pemerintah Indonesia dan MER-C menyalurkan bantuan kepada korban serangan Israel di Palestina pada Januari 2009. Dana pembangunan RS ini berasal dari donasi rakyat Indonesia melalui organisasi kemanusiaan MER-C. Makanya, rumah sakit ini dinamakan RS Indonesia.
Pada 2016, pemerintah Indonesia pada 2016 lalu menyerahkan RS tersebut kepada pihak Palestina. Penyerahan ini dilakukan Wakil Presiden RI saat itu, Jusuf Kalla.
RS ini sendiri telah mengalami serangan dari pihak Israel sebanyak beberapa kali. Pada 2011 lalu, bom Israel meledak di dekat lokasi RS Indonesia, di mana dua orang tewas dan sejumlah orang mengalami luka-luka sementara 17 relawan Indonesia mengamankan diri di lantai dasar bangunan rumah sakit.
Kemudian pada 2021, RS Indonesia juga menjadi target serangan Israel. Serangan tersebut mengakibatkan plafon kantor administrasi copot.
Sebelum penyerangan dan pengepungan saat ini, RS Indonesia sedang mengalami krisis energi akibat tidak adanya aliran listrik. Setelah serangan pekan lalu, sejumlah infrasruktur di kawasan rumah sakit ini juga rusak dan beberapa warga sipil terluka.
RS Indonesia merupakan satu-satunya rumah sakit dengan fasilitas yang cukup memadai di Gaza utara. Rumah Sakit Indonesia menjadi harapan satu-satunya warga Palestina di Gaza utara di tengah meningkatnya serangan Israel ke daerah tersebut. Lebih dari 2.000 warga Palestina mengungsi di rumah sakit tersebut.