Penyanyi asal Amerika Serikat, Taylor Swift masuk dalam jajaran lima besar wanita paling berpengaruh di dunia atau The World's Most Powerfull Women 2023 versi Majalah Forbes. Pengaruhnya bahkan dianggap melampaui Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yallen hingga Direktur Eksekutif IMF Kristalina Georgieva.
Mengutip Forbes, posisi pelantun lagu "Love Story" dalam daftar wanita paling berpengaruhi ini melejit dibandingkan pada 2022 yang menempati urutan ke-79. Ini semua berkat kesuksesan tur konser dunia keenamnya bertajuk "The Eras Tour".
Konser tersebut membuat Swift menjadi miliarder pada Oktober dan penyanyi wanita kedua terkaya dunia setelah Rihanna. Tur konser berdurasi 3,5 jam yang merupakan retrospeksi kariernya ini meraup hampir US$ 850 juta hanya dari 66 pertunjukan di Ameerika Serikat. Konser ini menambah kekayaannya sebesar US$ 190 juta menjadi US$ 1,1 miliar.
Swift masih memiliki jadwal tur yang padat dengan rencana konser di Eropa dan Asia pada tahun depan.
Dampak Besar Taylor Swift ke Ekonomi
Taylor Swift memberikan dampak besar bagi perekonomian. Tur dua malam yang digelarnya di Denver menyumbang Produk Domestik Bruto Coloradi mencapai US$ 140 juta. Ini berkat pengeluaran yang dihabiskan rata-rata penggemarnya untuk hotel, restoran, dan pengecer mencapai US$ 1.300.
Federal Reserve Philadelphia bahkan menyebut efek Swift ke ekonomi wilayah tersebut dalam laporan perekonomian Beige Book pada Juni. Mereka mencatat bahwa konser Swiff selama tiga malam mendorong pendapatan hotel di wilayah tersebut di fase paling kuat setelah pandemi.
Asosiasi Perjalanan AS memperkirakan bahwa, secara kolektif, tur Taylor Swift di AS menambah lebih dari US$5 miliar bagi perekonomian negara bagian.
“Dia seperti sebuah perusahaan besar, yang pada dasarnya beroperasi di banyak sektor,” kata ekonom tenaga kerja dan profesor di Universitas Chicago, Carolyn Sloan.
Menurut dia, sebagian besar penonton Taylor Swift adalah generasi muda dan perempuan. Hal ini membuat banyak pihak meremehkan efekya ke ekonomi. Namun dengan capaian yang sudah dicatatkan Swift saat ini, tak ada lagi orang yang meragukannya.
Para fans Taylor Swit tak hanya memburu tiket untuk hadir langsung di konsernya. Mereka juga meramaikan bioskop untuk menonton konser yang masuk dalam jajaran box office. Film ini meraih pendapatan US$93 juta di akhir pekan pembukaannya dan telah meraup lebih dari US$250 juta di seluruh dunia.
Tak hanya konser, pengaruh besar Swift berasal dari kendali langsungnya atas bisnisnya. Yang lebih mengesankan, dan berpotensi jauh lebih menguntungkan adalah cara dia mendapatkan kembali kepemilikan katalog lagunya dengan merekam ulang album-album yang merupakan bagian dari penjualan senilai US$300 juta.
Dia sejauh ini telah merekam ulang dan merilis empat dari enam album yang menjadi bagian dari penjualan tersebut. Yang terbaru, 1989 (Versi Taylor), memecahkan rekor Spotify untuk artis dengan streaming terbanyak dalam satu hari ketika dirilis pada akhir Oktober.
Meskipun Swift memiliki pengaruh terbesar, dia bukanlah wanita paling kuat di dunia. Gelar tersebut diberikan kepada Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, yang kebijakan dan keputusan anggarannya berdampak pada 450 juta penduduk Eropa. Jumlah itu mungkin akan segera melampaui 500 juta.
Dalam pidato kenegaraan tahunannya pada September, von der Leyen menegaskan kembali niatnya untuk menjadikan Ukraina dan negara-negara di Balkan Barat sebagai anggota resmi UE.
Sementara itu, Christine Lagarde, presiden Bank Sentral Eropa yang membentuk kebijakan moneter Eropa pada saat inflasi tinggi menempati posisi kedua. Wakil Presiden AS Kamala Harris menempati peringkat keempat dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni diurutan keempat.