Starbucks dan H&M Hengkang dari Maroko, Efek Boikot Produk Pro Israel?

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. Kampanye boikot yang meluas setelah serangan militer Israel di Jalur Gaza telah berdampak buruk pada berbagai merek Barat di negara-negara Arab.
Penulis: Agustiyanti
7/12/2023, 15.04 WIB

Kedai kopi asal Amerika Serikat, Starbucks dan merek pakaian asal Swedia H&M mengumumkan keputusan mereka untuk menghentikan operasinya di Maroko pada Desember ini. Keduanya setelah ramai aksi boikot terhadap produk-produk yang dianggap pro Israel di negara tersebut. 

Mengutip Maroko World News, kampanye boikot yang meluas setelah serangan militer Israel di Jalur Gaza telah berdampak buruk pada berbagai merek Barat di negara-negara Arab. Dampak signifikan boikot terlihat di Mesir, Yordania, Kuwait, dan Maroko.

Jumlah pelanggan raksasa makanan cepat saji seperti McDonald’s, Starbucks, dan KFC  di negara-negara tersebut turun signifikan. Ini mencerminkan kemarahan dan kecaman yang meluas atas perang berdarah Israel melawan Palestina.

Boikot yang sebagian besar dipicu oleh seruan di media sosial, telah meluas hingga mencakup puluhan perusahaan dan produk yang memaksa konsumen untuk memilih alternatif  buatan lokal. Merek-merek yang berkantor pusat di Amerika Serikat dan Eropa ini dicurigai memberikan dukungan finansial kepada Israel di tengah agresinya terhadap Gaza dan Tepi Barat.

Adapun pernyataan resmi dari kedua  perusahaan  tersebut menunjukkan narasi yang berbeda. Mereka mengatakan bahwa keputusan untuk keluar dari pasar Maroko didorong oleh kurangnya daya tarik bagi bisnis keduanya. 

Meski demikian, masyarakat Maroko tampaknya mengaitkan kepergian tersebut dengan dugaan adanya hubungan antara merek internasional tersebut dan Israel.

Merek-merek yang menjadi sasaran seperti boikot seperti McDonald’s Maroko berupaya membela diri terhadap apa yang mereka sebut sebagai “informasi yang salah” dan rumor. Namun, boikot masih terus terjadi telihat dari toko-toko yang  dilaporkan hampir kosong.

Aksi Boikot dalam skala sebesar ini belum pernah terjadi sebelumnya. Boikot telah meluas hingga ke negara-negara Arab. Kondisi serupa juga di Malaysia dan wilayah lainnya.