Presiden Iran Ebrahim Raisi dilaporkan tewas dalam kecelakaan helikopter yang terjadi di daerah hutan pegunungan saat cuaca buruk di wilayah utara Provinsi Azerbaijan Timur pada Minggu (19/5). Informasi ini disampaikan oleh seorang pejabat Iran pada Senin (20/5), setelah tim pencari berhasil menemukan puing-puing helikopter di wilayah yang sama.
"Presiden Raisi, menteri luar negeri, dan semua penumpang di dalam helikopter tewas dalam kecelakaan," kata pejabat senior Iran kepada Reuters, yang meminta namanya tidak disebutkan karena sensitivitas masalah tersebut.
Informasi serupa juga disiarkan oleh Kantor Berita Iran, Mehr News Agency. Mereka mengumumkan bahwa semua penumpang helikopter yang jatuh telah mati syahid. Para penumpang helikopter yang dimaksud yakni Presiden Iran Ebrahim Raisi, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian, Gubernur Provinsi Azerbaijan Timur Malek Rahmati, dan perwakilan Pemimpin Revolusi Islam untuk provinsi Azerbaijan Timur Ayatollah Mohammad Ali Ale-Hashem.
Kepala Palang Merah Iran atau Iranian Red Crescent Society (IRCS) Pirhossein Kolivand mengatakan tidak ada tanda-tanda penumpang yang selamat di lokasi jatuhnya helikopter yang membawa Presiden Raeisi. Adapun Tim pencarian dan penyelamatan IRCS telah menemukan lokasi kecelakaan helikopter yang membawa Presiden Raeisi pada Senin (20/5), pagi.
Sosok Pengganti Presiden Iran
Di tengah upaya pencarian keberadaan jasad Ebrahim Raisi, pemerintahan Iran mulai menyiapkan calon pengganti yang menjabat presiden sementara atau interim.
Berdasarkan konstitusi Iran, Mohammad Mokhber, 68 tahun, yang saat ini menjabat Wakil Presiden berpeluang besar menggantikan posisi Ebrahim.
Sebagai presiden sementara, Mokhber akan menjadi bagian dari dewan bersama yang terdiri dari presiden, ketua parlemen dan kepala kehakiman. Dewan ini bertugas mengorganisir pemilihan presiden baru dalam waktu 50 hari setelah kematian presiden.
Mengutip laporan Reuters, Mokhber lahir pada 1 September 1955 dan dianggap dekat dengan Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei yang memiliki wewenang tertinggi dalam semua urusan negara. Mokhber diangkat sebagai Wakil Presiden pada tahun 2021 ketika Raisi terpilih menjadi presiden.
Pada bulan Oktober, Mokhber adalah bagian dari tim pejabat Iran yang mengunjungi Moskow. Menurut sumber yang dikutip Reuters, tim tersebut sepakat untuk memasok rudal permukaan dan lebih banyak drone kepada militer Rusia. Tim ini juga termasuk dua pejabat senior dari Pengawal Revolusi Iran dan seorang pejabat dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi.
Jejak Karir Mohammad Mokhber
Sebelumnya, Mokhber adalah kepala Setad. Setad merupakan organisasi konglomerat ekonomi yang fokus ke kegiatan amal dan berada di bawah kendali langsung pemimpin tertinggi Iran.
Pada 2010, Uni Eropa memasukkan Mokhber dalam daftar individu dan entitas yang diberi sanksi atas dugaan keterlibatan dalam "aktivitas nuklir atau rudal balistik". Dua tahun kemudian, namanya dihapus dari daftar tersebut.
Pada 2013, Departemen Keuangan Amerika Serikat menambahkan Setad dan 37 perusahaan yang diawasinya ke dalam daftar entitas yang diberi sanksi. Setad, yang nama lengkapnya adalah Setad Ejraiye Farmane Hazrate Emam, atau Markas Besar Pelaksanaan Perintah Imam.
Setad didirikan berdasarkan perintah yang dikeluarkan oleh pendiri Republik Islam, pendahulu Khamenei, Ayatollah Ruhollah Khomeini. Perintah ini memerintahkan para ajudan untuk menjual dan mengelola properti yang dianggap ditinggalkan dalam kekacauan setelah Revolusi Islam 1979 dan menyalurkan sebagian besar hasilnya untuk amal.