Kasus Cacar Monyet Mpox Varian Baru Meningkat di Uganda

ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/tom.
Petugas Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas 1 Gorontalo memantau layar mesin pemindai suhu atau thermal scanner di pintu kedatangan penumpang Bandara Djalaluddin, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Selasa (10/9/2024).
Penulis: Yuliawati
15/9/2024, 15.34 WIB

Kasus pasien yang terinfeksi varian baru virus cacar monyet (monkeypox/mpox) meningkat di Uganda menjadi 11. Tidak ada pasien yang meninggal karena penyakit infeksi tersebut.

Direktur Jenderal Layanan Kesehatan di Kementerian Kesehatan Uganda, Henry Gatyanga Mwebesa, mengatakan semua pasien terinfeksi oleh strain virus clade 1b. Varian itu dianggap lebih mematikan dan dapat menyebar melalui kontak kulit ke kulit.

Otoritas kesehatan negara tersebut pertama kali melaporkan wabah penyakit itu pada 24 Juli, dengan catatan bahwa virus tersebut masuk ke Udanda dari Republik Demokratik Kongo (RD Kongo).

Uganda berbatasan dengan RD Kongo, di mana wabah Mpox ditemukan pertama kali pada Januari 2023.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Mpox atau cacar monyet, sebagai darurat kesehatan masyarakat dan telah menjadi perhatian internasional pada 14 Agustus, setelah varian baru yang tampaknya lebih mudah menyebar antar manusia diidentifikasi.

WHO juga menekankan bahwa mpox "bukan COVID yang baru." Menurut WHO, kawasan Afrika saat ini mengalami peningkatan kasus, dengan 14 negara terdampak.

Hampir semua kasus yang dilaporkan di Afrika berada di RD Kongo, di mana tercatat 500 kematian akibat Mpox.

Infeksi Mpox menyebabkan gejala mirip flu dan lesi berisi nanah, serta menyebar melalui kontak fisik yang dekat.

Penyakit itu juga dapat menular melalui benda yang terinfeksi virus seperti tempat tidur, pakaian, dan handuk.

Penyakit itu biasanya ringan, tapi bisa berakibat fatal. Vaksin, yang dianggap sebagai langkah penting dalam mencegah penyebaran, baru saja tiba di RD Kongo.

Reporter: Antara