Israel Tolak Gencatan Senjata dengan Hizbullah, Siapkan Operasi Darat ke Lebanon

Antara/Anadolu
Serangan udara Israel ke Lebanon Selatan
26/9/2024, 18.23 WIB

Israel menolak usulan gencatan senjata dengan Hizbullah di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon. Usulan penghentian konflik selama 21 hari itu sebelumnya diajukan oleh Amerika Serikat (AS) dan Prancis dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Rabu, 25 September.

Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menyampaikan bahwa negaranya menolak usulan gencatan senjata dengan Hizbullah. Malahan, Israel berniat untuk mengerahkan operasi militer darat ke wilayah perbatasan Lebanon.  

“Kami akan terus berperang melawan organisasi teroris Hizbullah dengan segenap kekuatan kami hingga meraih kemenangan dan memastikan kembalinya penduduk utara ke rumah mereka dengan aman,” ujar Katz dalam sebuah pernyataan di kanal media sosial X, dikutip dari Reuters pada Kamis (26/9).

Serangan udara Israel terbaru menghantam 75 target yang terafiliasi dengan Hizbullah di Lembah Bekaa dan selatan Lebanon. Objek-objek itu termasuk fasilitas penyimpanan senjata dan peluncur siap-tembak.

Agresi terbaru ke sebuah bangunan tiga lantai di kota Younine, Lebanon, itu menewaskan 23 warga Suriah yang kebanyakan wanita dan anak-anak. Wali Kota Younine, Ali Qusas menyampaikan bahwa Lebanon saat ini merupakan negara suaka bagi sekitar 1,5 juta warga Suriah yang melarikan diri dari perang saudara.

Pernyataan Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz dan rangkaian serangan udara Israel ke Lebanon memupuskan harapan akan penyelesaian damai dua negara. Harapan itu sebelumnya muncul ketika Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, menyatakan gencatan senjata dapat segera tercapai.

Mikati menyambut positif adanya seruan untuk gencatan senjata yang diserukan oleh AS dan Prancis, namun ia mengatakan kunci keberhasilan damai sementara tergantung pada komitmen Israel. Ketika ditanya apakah gencatan senjata dapat segera dicapai, Mikati mengatakan kepada Reuters, “Semoga.”

 Israel Bersiap Serang Lebanon

Kepala Staf Angkatan Pertahanan Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, mengatakan negaranya sedang bersiap untuk melancarkan serangan darat ke Lebanon di tengah tekanan internasional untuk gencatan senjata. 

“Sepatu militer kalian akan memasuki wilayah musuh, memasuki desa-desa yang telah disiapkan Hizbullah sebagai pos militer besar, dengan infrastruktur bawah tanah, titik kumpul, dan landasan peluncuran ke wilayah kita,” kata Halevi, dikutip dari The Guardian, Kamis (26/9).

Meskipun Halevi telah menyampaikan pernyataannya tersebut, Juru Bicara Markas Besar Pertahanan AS Pentagon, Sabrina Singh, menyatakan bahwa operasi militer darat tampaknya belum akan terjadi.

Di sisi lain, Hizbullah berkukuh bahwa penghentian serangan mereka bergantung pada berakhirnya operasi Israel di Jalur Gaza, Palestina. Hizbullah mencoba menyerang Tel Aviv untuk pertama kalinya pada hari Rabu (25/9), malam.

Serangan rudal Lebanon dapat dilumpuhkan oleh Israel melalui pengerahan pertahanan udara. Israel mengklaim tidak ada kerusakan atas upaya serangan tersebut. Militer Israel juga menyatakan telah menggagalkan serangan udara 45 rudal yang ditembakkan dari Lebanon menuju wilayah Galilea Barat.

Lebanon mencatat jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel dalam tiga hari terakhir menewaskan lebih dari 600 orang, dengan ribuan lainnya terluka. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan sekira 90.000 orang telah mengungsi sejak awal pekan.

Selain itu, lebih dari 200.000 orang telah meninggalkan rumah mereka di Lebanon selatan selama setahun terakhir karena bentrokan antara Hizbullah dan Israel.

Juru Bicara Parlemen Lebanon, Nabih Berri, mengatakan bahwa dia sedang melakukan ‘upaya besar’dengan berkoordinasi dengan AS untuk mencapai solusi diplomatik antara Israel dan Hizbullah.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu