Jajak Pendapat Reuters/Ipsos: Kamala Harris Unggul atas Donald Trump

ANTARA/Anadolu/PY
Hasil jajak pendapat Reuters/Ipsos menunjukkan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Kamala Harris, unggul tipis 46% berbanding 43% atas mantan Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump.
Penulis: Hari Widowati
24/10/2024, 07.25 WIB

Hasil jajak pendapat Reuters/Ipsos menunjukkan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Kamala Harris, unggul tipis 46% berbanding 43% atas mantan Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump. Para pemilih yang murung mengatakan negara ini berada di jalur yang salah.

Keunggulan Harris dalam jajak pendapat pekan ini tidak berbeda jauh dengan keunggulannya sebesar 45% banding 42% atas Trump dalam jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dilakukan seminggu sebelumnya. Hal ini menunjukkan persaingan kedua calon presiden AS ini sangat ketat hingga dua minggu menjelang pemungutan suara pada 5 November mendatang.

Jajak pendapat terbaru ini menunjukkan para pemilih memiliki pandangan yang kurang baik mengenai kondisi ekonomi dan imigrasi. Mereka secara umum menyukai pendekatan Trump dalam isu-isu ini.

Sekitar 70% pemilih terdaftar dalam jajak pendapat tersebut mengatakan biaya hidup mereka berada di jalur yang salah. Sekitar 60% responden mengatakan ekonomi menuju ke arah yang salah sedangkan 65% responden mengatakan hal yang sama tentang kebijakan imigrasi.

Para pemilih juga mengatakan ekonomi dan imigrasi, bersama dengan ancaman terhadap demokrasi, merupakan masalah yang paling penting di negara ini. Ketika ditanya kandidat mana yang memiliki pendekatan yang lebih baik dalam isu-isu tersebut, Trump memimpin dalam bidang ekonomi dengan hasil 46% berbanding 38%. Dalam isu-isu imigrasi, Trump juga unggul dengan hasil jajak pendapat sebesar 48% berbanding 35%.

Imigrasi juga menduduki peringkat pertama ketika responden ditanya tentang apa yang harus menjadi fokus utama presiden berikutnya dalam 100 hari pertama masa jabatannya. Sebanyak 35% memilih imigrasi, dengan 11% menyebutkan ketidaksetaraan pendapatan dan 10% lainnya menyebutkan layanan kesehatan dan pajak.

Namun, Trump bernasib buruk dalam pertanyaan mengenai kandidat mana yang lebih baik dalam menangani ekstremisme politik dan ancaman terhadap demokrasi. Hal ini membuat Harris memimpin dengan skor 42% berbanding 35%. Harris juga memimpin dalam hal kebijakan aborsi dan kebijakan perawatan kesehatan.

Persaingan yang Sangat Ketat

Keunggulan Harris atas Trump mungkin tidak akan cukup untuk memenangkan pemilihan, bahkan jika ia bertahan hingga 5 November.

Survei nasional, termasuk jajak pendapat Reuters/Ipsos, memberikan sinyal penting mengenai pandangan para pemilih. Namun, hasil electoral college di setiap negara bagian akan menentukan pemenangnya.

Tujuh negara bagian yang akan menjadi ajang pertarungan yang sangat menentukan. Trump mengalahkan Hillary Clinton dari Partai Demokrat pada Pemilu 2016. Trump menang di electoral college meskipun Hillary memenangkan suara populer nasional dengan selisih 2 poin. Jajak pendapat menunjukkan Harris dan Trump bersaing ketat di negara-negara bagian tersebut.

Jajak pendapat tersebut memberikan tanda-tanda bahwa para pemilih - terutama dari Partai Demokrat - mungkin lebih antusias dengan pemilihan tahun ini dibandingkan dengan pemilihan presiden pada November 2020.

Sekitar 79% pemilih yang terdaftar dalam jajak pendapat - termasuk 87% dari Partai Demokrat dan 84% dari Partai Republik - mengatakan mereka sangat yakin akan memberikan suara dalam pemilihan presiden.

Persentase responden jajak pendapat yang yakin akan memberikan suara naik dari 74% dalam survei Reuters/Ipsos yang dilakukan pada 23-27 Oktober 2020. Pada saat itu, 74% anggota Partai Demokrat dan 79% anggota Partai Republik mengatakan mereka yakin akan memberikan suara. Jajak pendapat baru ini memiliki margin of error sebesar 2 poin persentase.

Harris maju sebagai kandidat dari Partai Demokrat pada Juli lalu setelah Biden menyatakan mundur setelah penampilan debat yang buruk melawan Trump pada bulan Juni. Trump pada saat itu secara luas dipandang sebagai calon terdepan. Sebagian kalangan menilai Trump lebih unggul dalam bidang ekonomi setelah beberapa tahun di bawah pemerintahan Biden mencatat inflasi tinggi.

Persaingan di antara Harris dan Trump sangat ketat. Upaya para kandidat untuk memastikan para pendukung mereka benar-benar memberikan suara kemungkinan akan menjadi kunci dalam menentukan pemenang.

Biro Sensus AS dan Pew Research Center memperkirakan hanya duapertiga orang dewasa AS yang memberikan suara pada pemilu November 2020. Ini merupakan jumlah pemilih tertinggi dalam lebih dari satu abad terakhir.

Pew Research memperkirakan sepertiga dari pemilih terdaftar adalah anggota Partai Demokrat dan sepertiga anggota Partai Republik. Sisanya, adalah pemilih independen atau mereka yang mendukung pihak ketiga.

Jajak pendapat Reuters/Ipsos terbaru mensurvei 4.129 orang dewasa AS secara online, secara nasional, termasuk 3.481 pemilih terdaftar. Sebanyak 3.307 responden dianggap paling mungkin untuk memberikan suaranya pada Hari Pemilihan. Di antara para pemilih ini, Harris unggul 3 poin persentase atas Trump, yakni 48% berbanding 45%.