Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara mengejutkan menunda pemberlakuan tarif tinggi selama 90 hari terhadap puluhan negara. Namun, kebijakan ini tidak berlaku untuk China.
Sejumlah ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 5% tahun ini, terdampak kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump dan lemahnya adaptasi kebijakan domestik.
Presiden Donald Trump, dalam masa jabatan keduanya, meningkatkan tarif impor produk Cina signifikan, memicu fase baru perang dagang serupa 2018 antara Amerika Serikat dan Cina.
Elizabeth Warren menuding Donald Trump memanipulasi pasar dengan menunda tarif untuk menguntungkan donatur Wall Street; keputusan tersebut merugikan usaha kecil dan meningkatkan kekacauan ekonomi.
Kebijakan Presiden Trump akan mengancam produk ekspor Indonesia dengan tarif hingga 32%. Hal ini menanggapi defisit perdagangan yang mencapai US$17,9 miliar; namun, terdapat peluang negosiasi impor.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto, bertemu Duta Amerika Serikat Kamala S. Lakhdhir membahas tanggapan atas tarif impor baru Presiden AS Donald Trump.
Pemerintah belum memulai renegosiasi perjanjian dagang dengan AS yang bertujuan minimalkan dampak kebijakan tarif Presiden Trump terhadap produk Indonesia.
Kebijakan tarif Presiden Trump menimbulkan kekhawatiran bagi CEO Freeport-McMoRan, Kathleen Quirk, yang memperkirakan dampak signifikan terhadap industri tembaga dan ekonomi global, seperti resesi.
Kebijakan tarif impor baru dari AS dikhawatirkan akan melemahkan industri TI Indonesia dan memperburuk nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, di tengah ketergantungan impor komponen utama.
Presiden Prabowo Subianto akan menyampaikan sikap resmi Indonesia terkait tarif impor baru AS pada acara di Bank Mandiri Bapindo Jakarta, mengungkapkan pendekatan diplomasi dan keadilan.
Menanggapi penyesuaian tarif impor AS yang mencapai 32%, Indonesia merancang strategi negosiasi dan sejumlah kebijakan untuk menjaga keseimbangan perdagangan dan ekonomi nasional.