Amerika Serikat Gelar Pilpres Hari Ini, PBB Ingatkan Potensi Dampak Global

ANTARA/Anadolu/PY
Donald Trump dan Kamala Harris
Penulis: Ira Guslina Sufa
5/11/2024, 09.11 WIB

Pemilihan Presiden Amerika Serikat akan mencapai puncak pada hari ini, Selasa (5/11) yang ditandai dengan pelaksanaan pemungutan suara. Rakyat AS di berbagai negara bagian akan berdatangan ke TPS untuk memilih presiden AS berikutnya, beserta anggota Kongres, sejumlah gubernur negara bagian, dan pejabat pemerintah daerah.

Lebih dari 78 juta orang Amerika telah memberikan suara lebih awal. University of Florida Election Lab menjelaskan, berdasarkan data awal, pemilih Demokrat  yang sudah memberikan hak suara lebih banyak 700 ribu dibanding pemilih Republik. 

Selama masa kampanye, dua calon presiden AS, Kamala Harris dan Donald Trump, telah menghabiskan banyak waktu untuk menyampaikan gagasan kepemimpinan mereka. Persaingan di antara mereka diperkirakan akan berlangsung sangat ketat.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyoroti pentingnya pilpres AS tersebut dengan mengatakan bahwa pemilihan itu akan memberikan dampak global. Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan organisasi bangsa-bangsa itu melihat pilpres Amerika Serikat sebagai hal penting.  

Stephane mengatakan  Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menjelaskan bahwa setengah dari populasi dunia telah dan akan mendatangi tempat pemungutan suara tahun dengan pilpres yang terjadi di berbagai negara. “Tetapi semua orang di planet ini akan terpengaruh (oleh Pilpres AS),” ujar Stephane seperti dikutip Selasa (5/11). 

Adapun Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Mark Rutte menepis kekhawatiran terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan jika Donald Trump memenangi pemilihan presiden Amerika Serikat. Dalam konferensi pers bersama dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Berlin, Rutte menegaskan ketahanan aliansi NATO dan kepentingan bersama negara-negara anggota aliansi itu.

"Siapa pun yang memenangi pemilihan itu, kami akan bekerja sama dengan Kamala Harris, kami akan bekerja sama dengan Donald Trump, dan memastikan bahwa aliansi tetap bersatu," ujar Rutte. 

Dia berkeyakinan bahwa AS tidak akan mengulangi kesalahannya menarik diri dari Eropa setelah Perang Dunia I. Pernyataan Sekjen NATO itu muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran di antara negara-negara anggota NATO di Eropa tentang kemungkinan Trump kembali ke Gedung Putih.

Ketika menjabat Presiden AS, Trump secara terbuka mengkritik negara-negara Eropa anggota NATO karena tidak memenuhi target belanja pertahanan aliansi itu sebesar 2 persen dari produk domestik bruto (PDB) mereka. Menurut Trump, AS menanggung beban biaya NATO secara tidak adil dan mengancam akan menarik diri dari aliansi tersebut jika anggota-anggota lain tidak menambah kontribusi mereka.

Reporter: Antara