Inti Bumi Tumbuh Miring, Apa Sebabnya?

ANTARA FOTO/Rahmad
Ilustrasi. Inti bumi bertumbuh miring.
Penulis: Sorta Tobing
21/6/2021, 14.10 WIB

Inti bumi bertumbuh miring. Pertumbuhannya lebih cepat di bawah Laut Banda, Maluku, Indonesia.

Kesimpulan ini muncul dari hasil penelitian seismolog University of California, Amerika Serikat, tentang pertumbuhan asimetris pusat bumi beberapa waktu lalu.  Para peneliti mempelajarinya melalui gelombang seismik yang bergerak melalui bumi. 

Inti bumi letaknya sekitar 3 ribu kilometer di bawah permukaan bumi. Persisnya, ia berada di dalam inti luar cairan bumi. Ukurannya kurang lebih tiga perempat bulan. Bentuk inti tersebut seperti bola yang mengandung besi dan nikelnya.

Nah, inti bagian dalam bumi itu selalu tumbuh. Jari-jarinya bertambah satu milimeter setiap tahun. Saat potongan besi cair di inti luar mendingin dan mengeras, ia berubah menjadi kristal besi.

Mengapa Inti Bumi Tumbuh Miring?

Studi yang diterbitkan Nature Geoscience menunjukkan inti bumi di Indonesia kehilangan panas lebih cepat. Hal ini berbeda dengan sisi berlawanannya, yakni di bawah Brasil. 

Inti bumi bertumbuh miring disebabkan karena satu sisi tumbuh lebih cepat dari yang lain. Di bagian timur inti, yang terletak di bawah Indonesia, kristal besi 60% lebih banyak terbentuk daripada di sisi lain.

“Sisi barat terlihat berbeda dari sisi tumur sampai ke tengah,” kata Seismolog University of California Daniel Frost, dikutip dari Insider, Sabtu (12/6). 

Frost mempelajarinya melalui gelombang seismik. Gelombang ini berasal dari getaran bawah tanah yang dihasilkan dari gempa bumi

Apa Dampaknya Inti Bumi Miring?

Pertumbuhan yang miring ini dapat mempengaruhi medan magnet bumi. Namun para peneliti yakin tidak akan ada cacat atau risiko lain yang membuatnya tidak seimbang.

Inti bumi memainkan peran kunci dalam melindungi planet dari angin dan radiasi matahari yang berbahaya. Besi yang berputar di inti luar menghasilkan medan magnet yang membentang mengelilingi bumi.

Menariknya, para ilmuwan menemukan inti dalam bumi mungkin hanya berusia 500 juta tahun. Sedangkan bumi sudaha da sejak sejak 4,5 miliar tahun lalu. 

Hal tersebut menimbulkan pertanyaan besar. Bagaimana bumi membentuk medan magnet tanpa pusat bagian dalam yang kokoh?

Medan magnet ini adalah medan geomagnetic yang menjangkau bagian dalam bumi hingga bertemu radiasi matahari. Secara sederhana, medan magnet bumi memantulkan sebagian besar angin matahari. Angin ini merupakan arus partikel dari surya yang mampu mengurai di lapisan atmosfer bumi.

Penunjuk arah atau kompas yang digunakan manusia bergantung pada medan magnet bumi. Hewan juga memanfaatkan medan magnet bumi untuk bermigrasi. 

“Kita tahu medan magnet sudah ada tiga miliar tahun yang lalu, jadi proses lain pasti telah mendorong konveksi di inti luar bumi,” kata Profesor Barbara Romanowicz dari University of California, dikutip dari Insider.

Saat ini, pelepasan panas dari inti dalam memainkan peran utama dalam menghasilkan medan magnet. Pusaran medan magnet terjadi karena proses material yang lebih panas dan ringan dari inti luar naik ke mantel bumi di atasnya.

Di sana, pusaran tersebut bertukar tempat dengan bahan mantel yang lebih dingin dan lebih padat, yang tenggelam ke inti di bawahnya. Ini disebut sebagai konveksi.

Konveksi juga terjadi antara inti dalam dan luar. Jadi, jika bagian inti luar dan dalam mendingin pada tingkat yang berbeda, hal itu dapat memengaruhi seberapa banyak panas yang dipertukarkan di perbatasan.

Hal itu juga mungkin akan berdampak pada putaran mesin yang memberi daya pada pelindung bumi. Frost mengatakan pihaknya akan segera melakukan penelitian kembali membahas lebih jauh terkait hal ini.

Penyumbang bahan: Alfida Febrianna (magang)