Gerakan 30 September atau G30S merupakan salah satu peristiwa kelam yang pernah terjadi di Indonesia. Begitu mengenaskan tragedi ini, membuat banyak masyarakat Indonesia tidak bisa melupakannya begitu saja. Sayangnya hingga saat ini, tragedi tersebut masih diselimuti banyak misteri terutama tentang siapa dalang di baliknya.

Hal itu turut membuat beberapa penulis tertarik menjadikan peristiwa G30S pada 1965 tersebut sebagai inspirasi novel mereka. Hal itu juga dilakukan Leila S.Chudori, dengan merilis novel Pulang pada Desember 2021. Untuk mengetahui cerita novel tersebut, Anda bisa lebih dulu membaca sinopsis novel Pulang tersebut.

Leila bukanlah nama asing di dunia sastra Indonesia. Ia sudah aktif menulis cerpen sejak remaja, dan berhasil dimuat di beberapa majalah remaja seperti Kawanku, Hai, dan Gadis. Ia terus berkarya hingga berhasil merilis novel laris di pasaran.

Pulang juga cukup laris. Diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia, novel ini langsung melejit menjadi novel best seller hingga dicetak ulang berkali-kali hingga saat ini. Bahkan novel tersebut juga berhasil masuk 10 besar Khatulistiwa Literary Award 2013 untuk kategori Prosa.

Novel bergenre fiksi sejarah dan politik ini menceritakan kisah perjuangan hidup empat orang buangan politik akibat peristiwa G30S. Situasi politik saat itu membuat mereka tidak bisa pulang ke Indonesia sehingga mereka pun harus berjuang bertahan hidup di Prancis. 

Untuk mengetahui seperti apa rumitnya konflik G30S PKI dan dampaknya terhadap korban, maka novel ini sangat tepat bagi Anda. Berikut ini sinopsis novel Pulang yang bisa Anda baca sebagai pendahuluan.

Sinopsis Novel Pulang

Novel dibuka oleh kisah Dimas Suryo, seorang wartawan yang ditugaskan bersama Nugroho untuk menghadiri sebuah konferensi internasional di Santiago, Chile pada September 1965. Tidak hanya mereka berdua, Risyaf juga ditugaskan untuk event lain di Havana, Kuba. Mereka pergi di tengah gonjang-ganjing politik Indonesia yang tengah memanas saat itu.

Sadar dengan situasi politik dan pekerjaan yang mereka emban, mereka pun tidak berani pulang ke Indonesia. Namun, karena mereka dianggap berkaitan dengan PKI, paspor mereka pun dicabut, sehingga mereka tidak bisa pulang ke Indonesia.

Mereka otomatis dianggap sebagai buangan politik. Tidak tahu dengan nasib ke depannya, mereka berempat termasuk Tjai (seorang buangan politik juga) memutuskan untuk bertemu di Paris dan memulai hidup mereka di sana. Setelah melakukan berbagai pekerjaan serabutan, mereka memutuskan untuk mendirikan restoran dengan nama Restoran Tanah Air.

Pada 1968, Dimas Suryo bertemu dengan Vivienne Deveraux, seorang wanita Prancis, dan menikah dengannya. Mereka berdua dikaruniai seorang anak bernama Lintang Utara. 

Walaupun telah memiliki kehidupan yang layak di Paris, Dimas dan ketiga kawannya tetap ingin kembali pulang ke Indonesia. Namun sayangnya permintaan mereka selalu ditolak oleh Pemerintah Indonesia. 

Singkat cerita sinopsis novel Pulang, kisah beralih pada 1998, ketika Lintang Utara tengah menempuh semester akhir di Universitas Sorbonne. Untuk tugas akhirnya, ia ditugaskan untuk merekam pengalaman korban G30S PKI.

Hal ini lantas membuatnya bimbang karena ia tidak pernah sekalipun menginjakkan diri di tanah kelahiran ayahnya, Indonesia. Namun berkat dukungan dari kedua orangtuanya dan ketiga teman ayahnya (Nugroho, Risyaf, dan Tjai), dia memutuskan untuk berangkat dan berhasil mendapatkan visa untuk masuk ke Indonesia.

Lintang pun tiba di Indonesia saat situasi Tanah Air tengah memanas. Selama proses pengerjaan tugasnya, dia banyak dibantu oleh Segara Alam dan kawan-kawannya dari LSM Satu Bangsa. Di sana Lintang menjadi saksi mata dari dua peristiwa besar yang kelak mengubah nasib Indonesia. 

Lantas, peristiwa apa saja yang dia saksikan selama berada di Indonesia?

Apakah Dimas dan kawan-kawannya akan bisa kembali pulang ke Indonesia?

Kutipan Novel Pulang Karya Leila S.Chudori

Setelah mendapat gambaran sinopsis novel Pulang, Anda tidak hanya disuguhkan oleh cerita yang menarik. Itu karena, Leila S.Chudori merupakan seorang penulis yang gemar menyisipkan kutipan puitis dan penuh makna kehidupan yang selalu berhasil menyentuh hati pembacanya. Hal ini pula ia terapkan ke dalam novel Pulang.

Tidak hanya tentang patriotisme saja, pembaca akan  menemukan banyak  kutipan tentang keluarga, cinta, persahabatan, hingga kehidupan itu sendiri. Berikut ini beberapa diantaranya. 

“Setiap huruf berloncatan mencari jodoh membentuk kata; setiap kata meliuk, melesat, dan mungkin saling bertabrakan dan rebutan mendapatkan jodoh untuk membentuk daya puitik. Setiap huruf mempunyai ruh, mempunyai nyawa, dan memilih kehidupannya sendiri.”

“Ibu manapun, yang baik atau buruk, tetap terluka ketika anaknya dicela. Meski celaan itu tidak salah, dan juga bukan fitnah. Tetapi tali pusar anak dari ibunya hanya diputus oleh sebilah gunting dunia. Di antara mereka berdua ada pertalian abadi, yang bahkan oleh seorang ayah pun tak bisa dipahami."

“Apakah kita sudah harus mengambil jeda dalam perjalanan yang masih panjang ini. Saat menulis, aku tak suka titik. Aku gemar tanda koma. Tolong jangan perintahkan aku untuk berhenti dan tenggelam dalam stagnansi. Jangan.”

“Aku hanya yakin pada diri sendiri, bahwa keinginanku hanya terus-menerus berlayar. Atau menggunakan bahasa Maman, aku terbang seperti burung camar tanpa ingin hinggap. Akibatnya, nasib yang memilihku. Bukan aku yang menentukan nasib.”

“Siapakah pemilik sejarah? Siapa yang menentukan siapa yang jadi pahlawan dan siapa yang penjahat? Siapa pula yang menentukan akurasi setiap peristiwa?”