Belajar dari Vietnam dan Singapura dalam Penanganan Virus Corona

ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer
5 Warga Vietnam yang dipulangkan dari kota Wuhan China (ki) memakai baju pelindung tiba di bandara Van Don, provinsi Quang Ninh,Vietnam, Senin (10/2/2020).
Penulis: Hari Widowati
3/3/2020, 16.35 WIB

Wabah virus corona (Covid-19) menimbulkan lebih dari 3.000 korban jiwa dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 90 ribu di seluruh dunia. Beberapa negara di Asia, seperti Vietnam dan Singapura mencatat angka kesembuhan yang signifikan dari kasus infeksi corona yang ditanganinya.

Berdasarkan data Worldometers.com, hingga Selasa (3/3) siang, jumlah infeksi virus corona yang dikonfirmasi mencapai 90.900 kasus dan jumlah korban meninggal mencapai 3.100 jiwa. Pada saat yang sama, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh meningkat menjadi 48.215 orang.

Vietnam merupakan negara pertama di Asia yang mengumumkan semua pasien virus corona di negaranya sembuh total. Tiga pekan setelah kasus pertama ditemukan, pemerintah setempat mampu menangani virus mematikan tersebut.

Sejak 13 Februari 2020 tidak ada lagi kasus virus corona yang dikonfirmasi di negara tetangga itu. Seluruh pasien terinfeksi yang berjumlah 16 orang dinyatakan sembuh. Lalu bagaimana cara Vietnam menangani wabah tersebut?

Rafi Kot, seorang dokter asal Israel yang terlibat dalam penanganan wabah virus corona di Vietnam, menuturkan bagaimana Kementerian Kesehatan melakukan tindakan pemeriksaan agar pasien tetap aman di tengah wabah ini.

Untuk melakukan itu, seluruh jajaran mengadakan pertemuan hampir setiap hari. “Bahkan beberapa kali dalam sehari, terkadang tengah malam, untuk menjalankan serangkaian panduan dari pemerintah dan memberi info terbaru,” ujarnya seperti dikutip Haaretz, Jumat (28/2).

Setiap provinsi di Vietnam siap siaga melawan virus corona. Meski tidak mengisolasi daerah tertentu, Kot menyatakan, banyak orang memilih untuk tidak pergi bekerja karena takut terinfeksi corona. Bahkan, permintaan untuk diperiksa juga meningkat.

Badan pencegahan penyakit menular Vietnam menyiapkan kuesioner untuk menentukan siapa yang layak diperiksa, misalnnya dari suhu tubuhnya, apakah dia pernah kontak dengan orang Tiongkok, dan seterusnya. "Tapi, di saat yang sama kami tahu orang juga bisa berbohong karena mereka takut didiagnosis,” ujarnya.

Pasien yang terinfeksi akan ditempatkan di pusat karantina militer. Mereka ditempatkan di sebuah rumah sakit yang berada jauh dari permukiman, dipasang kawat berduri, serta dijaga tentara. Seluruh pasien ditangani oleh tim dokter dengan perlengkapan khusus.

(Baca: Virus Corona Merebak, Bagaimana Tingkat Kesembuhannya?)

Langkah Sigap Tiongkok dan Singapura

Selain Vietnam, jumlah kasus infeksi virus corona di Tiongkok juga dilaporkan semakin menurun. Bahkan, pemerintah negeri Xi Jinping itu menyatakan ratusan orang yang awalnya menjalani perawatan intensif akibat virus tersebut, kini dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang.

Seperti dilansir Associated Press, Selasa (3/3), pemerintah Tiongkok mencatat kasus infeksi baru virus corona mencapai 202 orang. Angka itu merupakan angka yang terendah sejak 21 Januari lalu. Di kota Wuhan yang menjadi pusat penyebaran virus corona, sebanyak 2.570 orang dinyatakan pulih kembali.

Hal ini tak terlepas dari langkah-langkah pencegahan dan pengendalian virus corona. Di antaranya, pemerintah Tiongkok mendirikan dua rumah sakit khusus hanya dalam waktu 10 hari untuk menangani pasien yang terdampak paling serius.

Otoritas Tiongkok juga mengalihfungsikan belasan stadion olahraga dan tempat-tempat pertemuan sebagai rumah sakit keliling untuk merawat pasien dengan gejala ringan.

Sekitar 32 ribu ahli, dokter, dan petugas medis dikerahkan untuk memperkuat penanganan kesehatan di Provinsi Hubei. Tiongkok juga memperketat aturan perbatasan di sejumlah kota dan menunda jadwal masuk sekolah, kantor, dan pabrik sejak libur Tahun Baru Imlek untuk mengurangi pergerakan dan kontak di antara warganya.

Singapura juga melaporkan sebagian besar warganya yang terjangkit virus corona dinyatakan telah sembuh. Dari 108 orang yang terinfeksi, 78 di antaranya dilaporkan sembuh.

Duta besar RI untuk Singapura I Gede Ngurah Swajaya mengungkap tiga hal yang bisa menjadi contoh dari Pemerintah Singapura dalam menghadapi epidemi virus corona. Pertama, transparansi. Pemerintah Singapura secara reguler memberikan informasi kepada masyarakat melalui Kementerian Kesehatan. Hal ini memungkinkan KBRI Singapura menyampaikan informasi terbaru dalam bentuk rilisan untuk dibagikan kepada masyarakat.

Kedua, kekompakan dan kerja sama Kementerian Kesehatan dengan pihak internasional, seperti yang dilakukan dengan Malaysia. Selain itu, Singapura juga memberikan test kit untuk Tiongkok guna memudahkan proses identifikasi tiga jenis virus. Terakhir, segala prosedur yang diambil sesuai dengan standar dari WHO.

(Baca: Risiko Kematian Virus Corona Menghantui Lansia dan Pria Perokok)

Pengembangan Vaksin

Sementara itu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus beberapa waktu lalu menjelaskan pengembangan vaksin untuk virus corona dapat memakan waktu 12 bulan hingga 18 bulan. Vaksin disiapkan untuk situasi terburuk. “Pengembangan vaksin tidak boleh dilewatkan,” katanya beberapa waktu lalu.

Direktur Departemen Manajemen Bahaya Infeksi WHO memperkirakan, ada kandidat untuk vaksin virus corona dalam waktu 16 minggu. Namun, pengembangan dan percobaan selama berbulan-bulan untuk membuktikan efektifitasnya pada manusia akan membutuhkan waktu.

(Baca: RSPI Sulianti Saroso Isolasi Enam Orang Diduga Terinfeksi Virus Corona)

Direktur Eksekutif WHO untuk Program Keadaan Darurat Kesehatan Mike Ryan mengatakan, banyak nyawa yang dapat diselamatkan dalam beberapa bulan mendatang bahkan tanpa vaksin. Investasi segera diperlukan untuk mendukung sistem kesehatan dan menyediakan perawatan.

“Ada orang yang sakit dan sistem kesehatan yang rentan sekarang. Kita bisa menyelamatkan banyak nyawa melalui terapi suportif,” ujar Mike.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyatakan akan menindaklajuti kasus Covid-19 di Indonesia dengan melakukan riset. Kementerian Kesehatan akan memanfaatkan dua kasus pertama Covid-19 di Indonesia untuk riset pengembangan obat atau antivaksin virus corona di dalam negeri.

Penulis : Destya Galuh Ramadhani (Magang)