Temuan ratusan korban baru virus corona di Eropa dan Timur Tengah memicu kekhawatiran akan turunnya permintaan minyak dunia. Harga minyak dunia pun terus merosot hingga jatuh ke level terendah dalam satu tahun.

Berdasarkan data Bloomberg, saat berita ini ditulis, harga minyak Brent untuk kontrak April 2020 turun 0,97% ke level US$ 52,91 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk masa kontrak yang sama turun 1,29% ke level US$ 48,10 per barel.

“Ini masih tentang virus. Akan sulit untuk aset berisiko menemukan momentum,” kata Direktur Energi Masa Depan Mizuho di New York seperti dikutip Reuters.   

(Baca: Kurs Rupiah Dekati Rp 14.000/US$, Terpukul Sentimen Terkait Corona)

Adapun Goldman Sachs telah memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak tahun ini dari 1,2 juta menjadi 600 ribu barel per hari. Selain itu, perusahaan investasi tersebut menurunkan prediksi harga minyak Brent dari US$ 63 menjadi US$ 60 per barel tahun ini.

Di tengah jatuhnya harga minyak, pelaku pasar menantikan kemungkinan kesepakatan pemangkasan produksi yang lebih besar oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya OPEC+. Negara anggota OPEC + dijadwalkan bertemu di Wina pada 5-6 Maret mendatang.

Hingga kini, lebih dari 35 negara telah melaporkan temuan kasus infeksi virus corona. Yang terkini antara lain Yunani, Georgia, dan Brasil. Di Amerika Serikat (AS), sebanyak 60 orang dilaporkan terinfeksi virus tersebut. Mengutip Reuters, sebanyak 83 orang di New York tengah dimonitor terkait kemungkinan terinfeksi virus tersebut.

(Baca: Korban Virus Corona Terus Bertambah, 4 Negara Laporkan Kasus Pertama)

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut peningkatan jumlah kasus virus corona di berbagai negara dunia sangat memprihatinkan. Meski begitu, dirinya optimistis virus tersebut dapat tertangani. Adapun institut ekonomi DIW mengatakan perekonomian Jerman mendekati stagnasi karena adanya wabah tersebut.