Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan sebanyak 62.442 orang mengungsi akibat banjir yang melanda Jabodetabek sejak Rabu (1/1) dini hari. Pengungsi tersebut tersebar pada 302 lokasi di seluruh Jakarta.
"Dari pagi ini ada 62.443 warga yang mengungsi tersebar di 302 titik pengungsian. Kota Bekasi, belum kami dapat laporannya karena tadi tidak hadir rapat koordinasi," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo saat menggelar Rakor Banjir Jabodetabek, di Jakarta, Kamis (2/1).
Menurut dia, dari 302 titik pengungsian, ada dua titik yang paling padat antara lain ada di Cipinang Melayu dan Cengkareng. Namun, ia belum memerinci jumlah warga yang memadati barak pengungsian tersebut.
(Baca: Banjir Jakarta, PLN Masih Padamkan Listrik di 1.082 Wilayah)
Sementara itu, jumlah korban jiwa dari peristiwa tersebut menurut catatan BNPB mencapai 16 orang. Data ini merupakan perhitungan sementara, sambil menunggu perkembangan situasi di lapangan.
"Total ada 16 korban. Ini data sementara kalau di data Kemensos ada 26. Ini yang sudah kami catat dan masih mencari lagi," kata dia.
Untuk mengevakuasi para korban banjir, BNPB memperkirakan setidaknya diperlukan 134 unit perahu karet dengan 2.700 personil time evakuasi. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, tim dapur diperkirakan akan membutuhkan tenaga sebanyak 1.400 personil.
Sebelumnya, Kepala BNPB Doni Monardo menjelaskan banjir yang terjadi di Jakarta saat ini ini disebabkan oleh tingginya curah hujan. Hujan yang terjadi sejak Selasa (31/12) malam hingga Rabu (1/1) yang merupakan rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
BNPB mencatat ada 169 titik banjir di ibu kota dan sekitarnya. Secara rinci, titik banjir terbanyak berada di Jawa Barat sejumlah 97 titik. Titik banjir di DKI Jakarta sebanyak 63 titik. Adapun, titik banjir yang terdapat di Banten sebanyak 9 titik.
(Baca: Banjir Jabodetabek Telan 16 Korban Meninggal Dunia, Terbanyak di DKI)
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat mewaspadai potensi hujan ekstrem hingga pertengahan Februari 2020. Yang terdekat, hujan ekstrem berpotensi terjadi pada 10-15 Januari 2020.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, hujan ekstrem tersebut terjadi karena aliran udara basah dari Timur Afrika yang masuk ke wilayah Indonesia. Aliran udara basah tersebut diprediksi masuk pada 10-15 Januari 2020 dan berulang. “Siklus berulang pada akhir Januari hingga pertengahan Februari 2020,” kata Dwikorita dalam Rapat Koordinasi Banjir Jabodetabek di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (2/1).
Ia mengatakan, sejumlah wilayah yang diprediksi akan terdampak hujan dengan intensitas tinggi hingga ekstrem meliputi Sumatera bagian tengah dan Jawa. Cuaca tersebut juga diperkirakan akan melanda Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan hingga tenggara.