Hasil Uji Jalan: B20 Tak Merusak Mesin Kereta Api

Arief Kamaludin | Katadata
Biodiesel murni dan campuran solar dengan kadar 10 dan 20 persen.
20/12/2018, 16.22 WIB

Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah selesai melakukan uji jalan (road test) terhadap penggunaan campuran minyak sawit dan Solar sebesar 20% atau B20 untuk kereta api. Hasilnya, kereta api bisa menggunakan B20 sebagai bahan bakar dan tidak ada masalah.

Dasar melakukan uji jalan ini karena sebelumnya ada keluhan mengenai penggunaan B20. Adapun, kereta api sudah menggunakan B20 sebagai bahan bakar sejak tahun 2016.

Direktur Bioenergi Ditjen EBTKE Adrian Febi Misna mengatakan pada 2016 itu ada berbagai masalah dalam penggunaan B20, seperti kerusakan pada mesin, seperti korosi, dan kehausan pada ijektor dan pompa bahan bakar. Namun, melalui tes jalan ini masalah tersebut terbantahkan.

Hasil uji jalan itu menemukan kerusakan pada mesin bukan karena B20. Akan tetapi, ada kerusakan mesin yang sudah terjadi sebelum menggunakan B20. "Kemarin ada masalah, maka dilakukan uji coba. Setelah uji coba, hasilnya masalah tersebut bukan disebabkan oleh penggunaan B20," kata dia di Jakarta, Kamis (20/12).

Dalam uji jalan ini Direktorat Jenderal EBTKE bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Le Migas, Insitut Teknologi Bandung (ITB), Kementerian Perhubungan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan Asosiasi terkait. Uji tes berlangsung mulai 16 Februari hingga 20 Agustus 2018.

Selama enam bulan, mereka melakukan tiga macam pengujian yaitu, uji kualitas bahan bakar, uji kinerja, dan uji materil. Uji ini dilakukan terhadap dua jenis lokomotif, yakni lokomotif berjenis 205 yang digunakan untuk mengangkut batu bara, dan lokomotif 206 yang digunakan untuk mengangkut penumpang. Pengujian dilakukan melalui rute Tanjung Enim, Sumatera Selatan-Tarakan, Kalimantan Utara.

Uji kualitas bahan bakar dilakukan dengan melihat kualitas B20 dalam tiga tempat berbeda, yaitu saat di tangki penyimpanan, tangki lokomotif, dan tangki nozzle. Pihaknya mengirim total 1.500 sampel bahan bakar ke labolatorium untuk melihat kualitasnya.

Hasilnya, kualitas B20 untuk kereta api masih sesuai dengan spesifikasi."Dari kesimpulan itu, bahan bakar yang digunakan dari B20 dalam kondisi sesuai spesifikasi," kata Cahyo Wibowo selaku koordinator dari Lemigas, di Jakarta, Kamis (20/12).

Selain itu, tes uji kinerja dilakukan dengan jarak 62 ribu kilo meter (km). Ditemukan adanya kinerja lokomotif yang kurang maksimal. Namun, hal itu bisa diatasi dengan mengatur kinerja pada sistem komputer lokomotif. "Dari bulan pertama sampai bulan terakhir tidak ada kerusakan pada mesin," kata Taufik Suryantoro selaku Koordinator dari BPPT.

Mereka juga menguji materil pada berbagai komponen seperti injektor, pompa bahan bakar, dan pipa saluran. Hasilnya, tidak ditemukannya kerusakan.

(Baca: Langgar Kebijakan B20, 11 Perusahaan Akan Didenda Rp 360 Miliar)

Adapun, penyerapan B20 oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) pada tahun 2018 pada periode Januari hingga Oktober sekitar 192 juta liter. Sedangkan, tahun 2016 sekitar 207 juta liter. Pada 2017 sekitar 220 juta liter.