Perusahaan asal Bandung, Brodo Footwear merupakan salah satu dari 17 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memegang lisensi merchandise Asian Games 2018. Setiap pasang sepatu edisi terbatas itu dijual di kisaran Rp 250-800 ribu.
“Nyaris 1.000 pasang terjual. Itu jauh melampaui target kami,” kata CEO Brodo Footwear Yukka Harlanda kepada Katadata, Jumat (31/8).
Brodo merilis enam desain sneakers khusus sepatu edisi Asian Games. Keenam model itu diberi nama origin atung, gravity kaka, dalawa bhin bhin, stelka pride, generic loyal, dan gravity spirit.
Selain itu, Brodo juga akan merilis tiga model sepatu lain pada awal September mendatang. Total, Yukka menargetkan penjualan 2.000 pasang sepatu edisi Asian Games hingga akhir 2018.
Yukka mengaku senang, lantaran produk spesialnya ini laris diborong konsumen. Menurutnya, Asian Games 2018 menjadi momentum yang tepat guna mempromosikan bisnis. “Pertumbuhan penjualan baik. Tahun lalu hanya puluhan ribu (pasang), sekarang sudah 100 ribu. Padahal retail sedang seret,” ujarnya.
(Baca juga: Bonus Asian Games Cair Pekan Depan, Ini Rinciannya)
Adapun Brodo diirintis pada 2010, oleh Yukka dan temannya, Putera Dwi Karunia yang saat itu masih berstatus mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB). Kini, jumlah pegawainya sudah mencapai 130 orang.
Ia bercerita, dalam membuat produk, Brodo fokus pada dua hal yakni fungsi dan emosional. Dari sisi fungsi, ia menggunakan bahan-bahan berkualitas supaya nyaman dipakai sehari-hari oleh pengguna. Dengan begitu, harga yang dibanderol sesuai dengan kualitas yang ditawarkan. “Kami harus pastikan, itu harga dan kualitas terbaik yang kami berikan,” ujarnya.
Lalu, dari sisi emosional, ia selalu menyematkan narasi di setiap produk-produknya. Misalnya, untuk produk ventura parang jati dibuat untuk melestarikan budaya Indonesia dengan bahan baku yang diperoleh di dalam negeri. “Untungnya, laki-laki itu kalau suka sama satu produk, tidak akan pindah ke merek yang lain. Perilaku itu membantu kami,” ujar dia.
Pada mulanya, produk Brodo dipasarkan lewat media sosial seperti Kaskus, Facebook, dan Blackberry Messenger. Baru setahun kemudian, Brodo mulai memasukkan produknya di perusahaan retail The Goods Dept. dan beberapa outlet distro di Jakarta dan Bandung. Kini, Brodo sudah memiliki situs sendiri. Selain itu, Brodo menggandeng e-commerce seperti Shopee untuk memasarkan produknya.
(Baca juga: Dua Merek Fesyen Lokal Bawa Gaya Jalanan ke Pasar Amerika Serikat)
Brodo juga berencana memperluas pasar ke luar negeri yakni Vietnam dan Filipina. Sebab, ia mencatat pesanan dari kedua negara itu cukup besar. Selain itu, konsumen asal Jepang juga banyak memesan produk Brodo. Hanya saja, untuk mengurus perizinan membuka usaha di Jepang cukup sulit dan membutuhkan waktu yang lama.