Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan pembangunan fasilitas produksi Lapangan Jangkrik di Blok Muara Bakau, Kalimantan Timur, dapat rampung tahun depan. Jadi, salah satu dari empat megaproyek gas tersebut bisa segera berproduksi.
Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas Muliawan mengatakan, saat ini operator Blok Muara Bakau yakni Eni Indonesia masih merampungkan proses pembangunan unit pendukung produksi Lapangan Jangkrik. "Insya Allah siap dioperasikan Lapangan Jangkrik dan first gas Juli 2017," kata dia kepada Katadata, Rabu (7/12). (Baca: Harga Minyak Rendah, Proyek Jangkrik Berjalan Sesuai Jadwal)
Sebelumnya, ENI juga telah menyelesaikan pengerjaan unit produksi dan penampung minyak berupa kapal atau Floating Production and Offloading (FPO) untuk Lapangan Jangkrik dan Lapangan Jangkrik North East. Kapal ini memiliki panjang 200 meter, lebar 46 meter, dan tinggi 15 meter. Proses pengerjaannya dilakukan di Yard Karimun, Riau.
Setelah selesai, fasilitas produksi berupa kapal ini akan dikirim dari Yard Karimun ke proyek Jangkrik di Blok Muara Bakau, Kalimantan Timur. Selanjutnya, fasilitas produksi ini akan terhubung dengan sumur-sumur lepas pantai proyek Jangkrik melalui pipa. (Baca: Produksi Minyak 24 Kontraktor Belum Mencapai Target APBN)
Lapangan Jangkrik bisa memproduksi gas bumi hingga 450 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). Tahun lalu, operator blok tersebut, yaitu Eni Muara Bakau BV, dan mitranya telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan PT Pertamina (Persero). Setelah proyek ini beroperasi, Pertamina akan mendapat gas alam cair (LNG) sebanyak 1,4 juta ton untuk pasokan dalam negeri.
Proyek Jangkrik berlokasi di Blok Muara Bakau, Selat Makassar, sekitar 100 kilometer di timur Balikpapan. Proyek ini mencakup dua lapangan, yakni Lapangan Jangkrik dan Lapangan Jangkrik North East yang dioperatori Eni.
Dua lapangan ini berada pada kedalaman 400 meter di bawah permukaan laut. Lapangan Jangkrik dan Jangkrik North East merupakan salah satu proyek gas laut dalam pertama di Indonesia. (Baca: Fasilitas Rampung, Produksi Lapangan Jangkrik Lebih Cepat dari Target)
Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Italia ini telah mengeluarkan dana hingga US$ 4 miliar untuk proyek Muara Bakau. Dari jumlah itu, sebesar US$ 3 miliar atau sekitar Rp 39 triliun untuk pembuatan FPU.