Anak usaha PT Pertamina (Persero), yaitu PT Pertamina EP, resmi memiliki mitra untuk menggarap area operasi Asset 2 Pertamina EP yaitu Lapangan Trembul di Blora, Jawa Tengah. Mitra yang dipilih adalah PT Sarana GSS Trembul. 

Sarana GSS Trembul merupakan perusahaan patungan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah bersama GSS Energy Limited. Sementara Sarana Pembangunan Jawa Tengah merupakan mitra Pertamina EP di lapangan Trembul.

Presiden Direktur Sarana GSS Trembul Bambang Mulyadi mengatakan perusahaaannya akan menandatangani perjanjian kerja sama operasi (KSO) dengan Pertamina EP. Setelah penandatanganan ini, keduanya akan mulai menggarap Lapangan Trembul.

Masa berlaku kerja sama ini dilakukan selama 15 tahun, sejak penandatangan kontrak dilakukan pada hari ini, Rabu (2/11). Sarana GSS Trembul pun sudah menyetor US$ 500 ribu, sebagai bentuk Opportunity Case Payment atau biasa disebut bonus tandatangan, kepada Pertamina EP.

Menurut Bambang, ada beberapa hal yang perusahannya tertarik bekerjasama dengan Pertamina EP untuk mengelola Lapangan Trembul. Salah satunya potensi cadangan migas di lapangan ini yang masih cukup besar dan produksinya signifikan. 

Ia menjelaskan, Lapangan Trembul mulanya ditemukan oleh perusahaan Belanda yakni Nederlandsche Koloniale Petroleum Mij (NKPM) pada 1917. Perusahaan ini adalah anak usaha Standard Oil of New Jersey, yang kini dikenal dengan nama ExxonMobil. 

Area ini sempat ditutup pada 1942, dan menyisakan 24 sumur yang telah dibor oleh NKPM. Penutupan terjadi akibat invasi Jepang dalam Perang Dunia II. Area Trembul diperkirakan memiliki cadangan minyak (reserve) sebesar 401,1 juta barel. Sekitar 307 ribu barel diantaranya telah diambil atau dieksploitasi oleh NKPM sepanjang 1917-1942.

Dalam KSO ini, Sarana GSS Trembul akan melaksanakan program kerja tiga tahun pertama senilai US$ 7,6 juta. Investasi tersebut dipakai untuk mengebor empat sumur baru dan kegiatan akuisisi seismik. Rencananya pengeboran sumur pertama atau tanjak sumur SGT-01 akan dilakukan pada Juni 2017, dan targetnya bisa langsung berproduksi sebulan setelah pengeboran.

Bambang mengatakan pada tahun pertama, Sarana GSS Trembul akan mengebor dua sumur untuk melihat potensi minyak di dalam lapisan sumur dengan kedalaman 1.000 meter. Trgetnya dari dua sumur pertama itu bisa memproduksi 400 barel per hari (bph).

Kemudian dilanjutkan pengeboran satu sumur pada tahun kedua dan satu sumur di tahun ketiga. Pada tahun ketiga, perusahaan ini akan mencoba mengebor sumur lebih dalam, sekitar 3.000 meter. Ini dilakukan untuk membuktikan cadangan minyak selama pengeboran dua tahun sebelumnya, sehingga tahun ketiga bisa mendapatkan cadangan lebih besar lagi.

Setelah tiga tahun pertama itu, Sarana GSS Trembul akan terus mengebor sumur selama 15 tahun masa kontrak, dengan target satu sumur per tahun. Meksipun cadangan minyaknya lebih besar, Bambang mengatakan tidak tertutup kemungkinan adanya cadangan gas. Namun, dia belum tahu berapa besar potensinya.

Sekadar informasi, Pertamina EP menjadi operator lapangan Trembul melalui Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013. Setelah ditunjuk oleh SKK Migas yang waktu itu bernama BP Migas, Pertamina EP menetapkan mitra kerjanya yakni BUMD PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah. BUMD ini memegang hak kelola lapangan tersebut sebesar 15 persen.

Mengacu keterangan Kementerian ESDM, KSO merupakan sebuah kerjasama operasi yang melibatkan mitra selain operator. KSO terdiri dari ekspolrasi, dengan lama kontrak maksimal 20 tahun dan eksploitasi (produksi), maksimal 15 tahun. 

Pada perjanjian KSO Produksi, mitra berhak atas bagiannya dari minyak mentah yang diproduksikan di atas Produksi Dasar yang ditetapkan. Mitra tidak berhak atas bagian minyak mentah yang jumlah produksinya sama dengan atau di bawah Produksi Dasar (Non Shareable Oil). Hingga saat ini, Pertamina EP telah memiliki 16 KSO yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Papua.