General Electric Co. (GE) menjajaki peluang kerjasama atau merger usaha dengan Baker Hughes Inc. Nilai merger ini diperkirakan sekitar US$ 20 miliar atau setara Rp 260 triliun, yang merupakan transaksi terbesar di bisnis jasa minyak dan gas bumi (migas) di dunia di tengah suramnya harga minyak.
Manajemen GE mengakui tengah berdiskusi dengan Baker untuk membahas rencana merger bisnis migasnya. Namun, detail pembahasannya dengan perusahaan penyedia jasa minyak terbesar ketiga di dunia ini belum diketahui. “Kami dan Baker Hughes sedang menjajaki kemungkinan kerjasama,” ujar juru bicara GE seperti dilansir The Wall Street Journal, Kamis (27/10).
Rencana merger tersebut bakal menjadi transaksi bernilai terbesar yang dilakukan Chief Executive GE Jeff Immelt. GE telah melakukan aksi akuisisi senilai lebih dari US$ 14 miliar sejak 2007 untuk membangun bisnis migas. (Baca: Puluhan Perusahaan Minyak Amerika Merugi Rp 885 Triliun)
Para analis melihat, kesepakatan, yang diprediksi mencapai US$ 20 miliar ini, merupakan langkah GE untuk menggabungkan bisnis-bisnisnya yang telah ada. Selain itu, menjadikan perusahaan teknologi energi tersebut menjadi sebuah perusahaan publik yang baru.
Di sisi lain, transaksi tersebut bisa menyelamatkan perusahaan pembuat mesin jet dan lokomotif tersebut dari keterpurukan industri energi. Baker Hughes juga diuntungkan dengan transaksi ini lantaran tengah terpukul oleh lesunya bisnis migas dalam beberapa tahun terakhir.
Perusahaan yang bermarkas di Houston, Amerika Serikat tersebut, memiliki nilai US$ 23 miliar dan membukukan pendapatan US$ 15,7 miliar tahun lalu. Sedangkan GE memiliki nilai US$ 259 miliar, dengan pendapatan US$ 16,5 miliar dari bisnis minyak dan gasnya sepanjang 2015.
Pada perdagangan saham di bursa New York, Kamis kemarin, harga saham Baker Hughes naik 7 persen menjadi US$ 54,44 setelah muncul kabar aksi korporasi GE tersebut. Pada 2014, pemilik Baker Hughes sebenarnya telah sepakat menjual perusahaan kepada pesaingnya, Halliburton Co. senilai US$ 35 miliar US$ 78,62 per saham.
Namun, awal tahun ini, Departemen Kehakiman Amerika Serikat melayangkan gugatan untuk menggagalkan rencana merger tersebut. Akibatnya, kesepakatan pun terhenti. Bahkan, sebelum keputusan pembatalan transaksi itu, Baker Hughes dan Halliburton sempat menjalin pembicaraan dengan GE untuk menjual aset-asetnya bernilai lebih dari US$ 7 miliar.
(Baca: Stok Minyak Amerika Serikat Susut 4 Juta Barel)
Baker Hughes merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa di bidang minyak terbesar di dunia berdasarkan pendapatan. Perusahaan ini menawarkan dan menyewakan peralatan, serta menyediakan tenaga kerja, hingga membangun perkemahan untuk para pekerja di lapangan pengeboran minyak.