Target produksi siap jual (lifting) minyak bumi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Dalam Rancangan APBN (RAPBN) 2017, pemerintah menargetkan lifting minyak sebesar 780 ribu barel per hari (bph). Jumlahnya berada pada kisaran tengah dari target lifting minyak yang ditetapkan oleh Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada akhir Juni lalu.
Jika dibandingkan dengan APBN Perubahan 2016 yang sebesar 820 ribu bph, target lifting minyak tahun depan tersebut lebih rendah 4,9 persen. Kalau melongok ke belakang lagi, asumsi lifting minyak pada 2015 sebesar 825 ribu bph. Namun, realisasinya hanya sekitar 778 ribu bph.
(Baca: Menurun, Target Lifting Minyak 2017 Cuma 760 Ribu-800 Ribu Barel)
Berbeda dengan target lifting gas. Dalam RAPBN 2017, pemerintah memasang target 1,15 juta barel setara minyak per hari (bsmph) atau berada di kisaran tengah dari asumsi yang ditetapkan sebelumnya oleh Banggar sebesar 1,1 juta hingga 1,2 juta bsmph. Jumlahnya sama dengan target lifting gas dalam APBN-Perubahan 2016 yang sebesar 1,5 juta bsmph.
Dengan begitu, pemerintah menargetkan volume penjualan migas tahun depan sebesar 1,93 juta barel setara minyak perhari (boepd). Presiden Joko Widodo menyatakan, asumsi lifting minyak dan gas bumi itu telah mencerminkan kondisi perekonomian saat ini serta memperhatikan proyeksi perekonomian mendatang.
"Sehingga, diharapkan akan lebih realistis dan kredibel," ujar Jokowi dalam pidato penyampaian RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 beserta nota keuangannya di sidang paripurna DPR, Gedung MPR/DPR, Jakarta, Selasa (16/8). (Baca: SKK Migas: Lifting Tercapai Asal Harga Minyak Tak Lagi Turun)
Sementara itu, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) tahun depan diperkirakan sebesar US$ 45 per barel. Ini berada di kisaran tengah perkiraan ICP yang ditetapkan Banggar pada akhir Juni lalu, sebesar US$ 40-50 per barel. Kalau dibandingkan dengan APBN-Perubahan 2016 yang sebesar US$ 40 per barel, perkiraan ICP tahun depan tersebut lebih tinggi 12,5 persen.
Menurut Jokowi, asumsi rata-rata harga minyak Indonesia ini bedasarkan hasil perhitungan dengan mempertimbangkan berbagai aspek, baik dari dalam negeri maupun luar negari. Harapannya, harga tersebut dapat tepat sasaran. "Peningkatan kebutuhan energi dalam rangka pemulihan ekonomi global menjadi faktor yang mempengaruhi harga minyak pada tahun 2017," katanya.
(Baca: ExxonMobil Batal Genjot Produksi Blok Cepu Hingga 200 Ribu Barel)
Dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia di RAPBN 2017 ini, Jokowi berharap dapat menjadi salah satu faktor utama penunjang pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah sebesar 5,3 persen.