Menteri Arcandra Minta Pimpinan SKK Migas Bekerja Cepat

Arief Kamaludin | Katadata
11/8/2016, 14.35 WIB

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar meminta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bekerja cepat. Permintaan itu disampaikannya saat bertemu dengan seluruh jajaran SKK Migas di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (11/8).

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, pertemuan yang berlangsung sekitar satu setengah jam sejak pukul 07.30 WIB ini berisikan beberapa arahan dari Menteri ESDM. “Kerja yang baik dan cepat,” kata Amien seusai pertemuan tersebut. (Baca: 30 Program Strategis Migas Jadi Fokus Utama Menteri Arcandra)

Selain itu, pertemuan ini sebagai ajang perkenalan jajaran SKK Migas dengan Menteri ESDM. Menurut Amien, sejak Arcandra menjabat sebagai Menteri ESDM, jajaran SKK Migas belum pernah bertemu secara langsung.

Selain Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, jajaran SKK Migas yang hadir  adalah Wakil Kepala M.I.Zikrullah, Sekretaris SKK Migas Budi Agustyono, Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis SKK Migas Rudianto Rimbono. Ada juga Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas Muliawan, Deputi Pengendalian Keuangan SKK Migas Parulian Sihotang, dan Deputi Pengendalian Perencanaan SKK Migas Gunawan Sutadiwiria.  

Di tempat yang sama, Sekretaris SKK Migas Budi Agustyono mengatakan, pertemuan ini juga untuk memperkuat koordinasi. Apalagi, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh SKK Migas. “Kan sudah tahu semua proyeknya,” kata dia.

Saat ini memang ada beberapa proyek yang masih harus segera diselesaikan, seperti Blok Masela. Proyek Lapangan Abadi di blok ini belum bisa berjalan karena masih harus merevisi proposal rencana pengembangan wilayah (PoD). (Baca: Percepat Pengembangan Blok Masela, ESDM Bentuk Tim Ad Hoc)

Revisi ini terkait keputusan Presiden Joko Widodo yang memilih pengembangan blok tersebut menggunakan skema darat. Padahal, awalnya Inpex Corporation selaku kontraktor blok itu mengajukan proposal untuk membangun kilang gas di laut (FLNG).

Akibat perubahan skema tersebut, saat ini Inpex -Shell dan SKK Migas tengah membahas beberapa insentif agar proyek ini masih ekonomis menggunakan skema darat. Beberapa insentif yang diminta seperti perpanjangan kontrak hingga penambahan kapasitas produksi.

Selain itu, Proyek Gendalo dan Gehem di wilayah kerja Selat Makassar. Proyek ini merupakan salah satu proyek Indonesia Deepwater Development yang dikelola oleh perusahaan migas asal Amerika Serikat Chevron Indonesia.

Proyek Gendalo dan Gehem ini juga masih menunggu revisi proposal PoD. Rencananya proyek Gendalo Hub memiliki kapasitas gas 700 MMscfd dan minyak 20.000 barel per hari (bph). Sementara Gehem Hub kapasitasnya 420 MMscfd dan minyak 27.000 (bph).

Ada juga proyek Jangkrik yang masih tahap konstruksi. Rencananya proyek ini bisa berproduksi di kuartal III tahun 2017. Kapasitasnya untuk gas 450 MMscfd, sementara minyak dan kondensat 200 bph. (Baca: Fasilitas Rampung, Produksi Lapangan Jangkrik Lebih Cepat dari Target)

Untuk mempercepat proyek migas, Menteri Arcandra juga sudah memanggil beberapa kontraktor pekan lalu. Saat itu, hadir petinggi dari ENI, ExxonMobil Indonesia, Chevron Indonesia, PT Pertamina (Persero), Inpex Corporation dan Total E&P Indonesie.