Dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau dikenal dengan Britain Exit (Brexit) terhadap harga minyak dunia ternyata tidak berlangsung lama. Saat ini harga minyak dunia kembali menunjukkan tren kenaikan.
Dewan Penasehat Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan saat Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa, Jumat pekan lalu, harga minyak dunia memang menurun. Saat itu harga minyak jenis West Texas Intermediate turun 5 persen, atau $ 2,47 ke level $ 47,64. Ini merupakan penurunan satu hari terbesar sejak Februari. Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent turun 4,9 persen, atau $ 2,50, pada $ 48,41 per barel.
Menurut Pri Agung, ketika itu Brexit memberikan sentimen negatif terhadap proyeksi permintaan minyak dunia, karena tidak ada kepastian ekonomi. Hal ini yang membuat harga minyak jatuh. (Baca: Berkah Brexit, Masyarakat Cina Borong Barang Mewah di Inggris).
Tapi saat ini harga minyak sudah mulai naik. Harga minyak jenis West Texas Intermediate berada di level US$ 48,46 per barel, sedangkan untuk jenis Brent mencapai US$ 49,14 per barel. “Efek Brexit hanya temporer saja,” ujar Pri Agung kepada Katadata, Rabu, 29 Juni 2016.
Sementara itu, para pelaku industri minyak dan gas bumi (migas) juga masih terus memantau perkembangan Brexit dan dampaknya. “Kami belum tahu apakah brexit mempengaruhi perekonomian global atau tidak," kata Direktur Eksekutif IPA Marjolijn Majong kepada Katadata, kemarin.
Di sisi lain, Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste Moazzam Malik mengatakan Inggris menyatakan komitmennya untuk tetap bekerja sama dengan Indonesia meski memutuskan keluar dari Uni Eropa. "Inggris akan terus berkomitmen untuk membangun hubungan erat dengan Indonesia sebagai mitra G20," kata Malik dalam keterangan resminya, Sabtu lalu. (Baca: Tinggalkan Uni Eropa, Inggris Tetap Kerjasama dengan Indonesia).
Inggris yang memiliki 65 juta warga ini, kata Malik, dalam satu tahun terakhir telah menandatangani tujuh memorandum of understanding (MoU) dengan Indonesia. Nota kesepahaman tersebut mencakup beberapa bidang kerja sama, di antaranya pendidikan, inovasi dan penelitian, kerja sama kepolisian, space, industri kreatif, olahraga, dan maritim.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani juga mengatakan Brexit tidak berdampak negatif terhadap investasi Inggris di Indonesia. Sebab, investasi langsung lebih bersifat jangka panjang, sehingga keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa tidak mempengaruhi bisnis yang sudah dibuat.
Inggris merupakan mitra utama investasi Indonesia. Sepanjang 2010 - 2015, realisasi investasi Negara Kerajaan itu Indonesia mencapai US$ 4,8 miliar dan merupakan peringkat ke delapan negara dengan investasi terbesar. (Baca: BKPM Yakin Brexit Malah Tingkatkan Investasi Inggris di Indonesia).
Sementara dari sisi komitmen, investasi Inggris pada 2010 - 2015 mencapai US$ 3,1 miliar. Adapun pada Januari - Mei 2016, nilainya telah mencapai US$ 111 juta, tumbuh 517 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.