KATADATA - Target produksi siap jual (lifting) minyak bumi yang dipatok pemerintah maupun Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tahun ini, hampir pasti bakal meleset. Demi mengejar pemenuhan lifting di sisa akhir tahun ini, SKK Migas meminta kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) migas melepas sebagian stok minyaknya.
Kepala Bagian Humas SKK Migas Elan Biantoro menyatakan, pihaknya berupaya meningkatkan lifting minyak pada akhir tahun ini. Caranya adalah meminta KKKS melepaskan sebagian stok minyak hasil produksinya sendiri. Jumlahnya sekitar 12 juta barel minyak dan kondensat. Namun, SKK Migas masih membahas bersama para kontraktor migas mengenai waktu pelepasan stok minyak tersebut.
Yang sudah diketahui pasti adalah PT Pertamina (Persero) melalui unit usahanya Integrated Supply Chain (ISC), yang akan menyerap stok minyak para KKKS tersebut. “Stok minyak dan kondesat akan dilepaskan kepada Pertamina melalui ISC,” kata Elan kepada Katadata, Senin (14/12).
Pertimbangannya, kilang minyak Trans Pacific Petroleum Indotama (TPPI) milik Pertamina di Tuban dan baru beroperasi sekitar pertengahan tahun ini masih membutuhkan kondensat untuk bahan baku prosesnya. Selain itu, kilang minyak Pertamina yang lain juga masih membutuhkan minyak jenis light crude yang banyak diproduksi oleh KKKS di dalam negeri.
Melalui pelepasan 12 juta barel minyak stok KKKS di pengujung tahun ini, SKK Migas berharap bisa menutupi kekurangan lifting minyak tahun ini. Pasalnya, produksi minyak saat ini masih sekitar 780 ribu barel per hari dan diperkirakan akan tetap bertahan sampai akhir tahun. Dengan adanya pelepasan stok minyak produksi KKKS tersebut, lifting minyak bisa meningkat hingga 790 ribu barel per hari pada tahun ini.
(Baca: Pemerintah Upayakan Produksi Blok Cepu Stabil 165.000 Barel)
Menurut Elan, melesetnya target lifting minyak tahun ini karena produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu tidak bisa mencapai puncaknya di pengujung tahun ini. Dari semula produksi Lapangan Banyu Urip sekitar 80 ribu barel per hari, produksinya malah cuma separuhnya yaitu 40 ribu barel per hari sejak Sabtu pekan lalu (12/12). “Sabtu kemarin startup CPF (Central Production Facility alias fasilitas produksi utama) sehingga terpotong setengah produksinya menjadi 40 ribu bph,” katanya.
(Baca: Dua Bulan Terakhir Lifting Minyak Meningkat Hingga 800 Ribu Barel)
Sekadar informasi, Exxonmobil Cepu Ltd baru saja mengoperasikan fasilitas CPF Blok Cepu. Produksinya akan naik secara bertahap, dari 40 ribu bph saat ini menjadi 130 ribu bph dalam dua pekan ke depan. Adapun produksi puncaknya ditargetkan sebesar 165 ribu bph, yang diharapkan bisa tercapai pada akhir Januari 2016.
Berdasarkan catatan SKK Migas, rata-rata lifting minyak sejak awal tahun hingga September lalu mencapai 783 ribu bph. Awalnya SKK Migas masih optimistis rata-rata lifting minyak sampai akhir tahun nanti bisa mencapai 802 ribu bph. Sedangkan target lifting minyak dalam APBN Perubahan 2015 sebesar 825 ribu barel per hari.
Meskipun target 802 ribu bph tahun ini dipastikan tidak tercapai, Elan menilai, estimasi produksi minyak tahun ini sebesar 790 ribu bph masih lebih baik dibandingkan tahun lalu. “Tahun ini meningkat 1.000 barel per hari dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya mencapai 789 ribu barel per hari,” tandasnya.