KATADATA - Anak perusahaan PT Perusahaan Gas Negara (Persero), PT Saka Energi Indonesia menemukan cadangan minyak baru di sumur Sidayu-3 Blok Pangkah, sebesar 300 juta barel. Targetnya dalam dua tahun ke depan sumur tersebut bisa mulai berproduksi.

Chief Operator dan Commercial Officer PT Saka Energi Tumbur Parlindungan mengatakan penemuan cadangan minyak baru ini merupakan hasil pengeboran yang dilakukan pada 17 Agustus lalu. Dengan keberhasilan ini, Saka berharap bisa melakukan hal serupa di sumur-sumur eksplorasi lainnya.

Dia mengatakan masih ada beberapa sumur potensial yang bisa dikembangkan ke depannya. Sebagai anak perusahaan dari perusahaan negara, Saka merasa punya kewajiban untuk menemukan cadangan-cadangan migas baru demi ketahanan energi nasional.

Selanjutnya, Saka akan mengajukan rencana pengembangan (plan of development / PoD) blok migas tersebut kepada pemerintah pada tahun depan. Targetnya, Sumur Sidayu-3 bisa mulai berproduksi sebanyak 10.000 barel per hari pada 2017.

“Paling lama PoD kami targetkan Juni 2016, biar tidak bertele-tele. Jadi paling lama akhir 2017 bisa produksi," ujar Tumbur saat Media Briefing di Jakarta, Kamis (8/10). “Bisa produksi, karena fasilitasnya sudah ada di Pangkah.”

(Baca: Potensi Tambahan Cadangan Migas 5,2 Miliar Barel)

Untuk tahun ini Saka menargetkan bisa memproduksi migas sebesar 30.000 barel setara minyak per hari. Produksi ini didapat dari dari Blok Pangkah, Blok South East Sumatera, Blok Ketapang dan Lapangan Gas Fasken di Texas Amerika.

Blok Pangkah menjadi penyumbang produksi terbesar Saka Energy, mengingat seluruh sahamnya dimiliki oleh perusahaan. Sementara di Blok South East Sumatera Saka hanya memiliki 8,9 persen, Blok Ketapang 20 persen dan di Fasken Texas 36 persen.

Tumbur mengaku rendahnya harga minyak dunia saat ini tidak sampai membuat kinerja Saka melemah. Saka melakukan banyak efisiensi yang berdampak pada pengurangan biaya operasional. Makanya hingga saat ini produksi Saka masih stabil.

“Produksi kami naik. Kalau kami tidak melakukan apa-apa, produksi itu bisa turun 30-60 persen. Sekarang produksinya tidak turun,” ujar Tumbur.

Reporter: Anggita Rezki Amelia