KATADATA ? Harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price / ICP) pada bulan Agustus lalu rata-rata sebesar US$ 42,81 per barel. Nilainya turun US$ 9 per barel atau 17,4 persen dari bulan sebelumnya. Harga tersebut merupakan rata-rata harga ICP bulanan terendah dalam tahun ini.

Dibandingkan dengan target harga ICP tahun ini dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 yang sebesar US$ 60 per barel, harga rata-rata ICP bulan Agustus lalu juga lebih rendah 28,6 persen. Sementara itu,  harga rata-rata minyak Minas / SLC pada Agustus 2015 sebesar US$ 43,21 per barel atau turun 16,8 persen dari bulan sebelumnya.

Penurunan harga minyak Indonesia sejalan dengan anjloknya harga minyak dunia. Sebagai perbandingan, harga minyak WTI di bursa Nymex, Amerika Serikat (AS), pada Agustus 2015 mencapai US$ 42,89 per barel atau turun US$ 8,04 per barel dari Juli 2015. Dalam periode yang sama, harga minyak Brent di bursa ICE turun US$ 8,56 per barel menjadi US$ 48,21 per barel dan harga minyak Basket OPEC turun US$ 8,8 menjadi US$ 45,38 per barel.

(Baca: Juli, Harga Minyak Indonesia Kembali Turun 12,8 Persen)

Pangkal soal penurunan harga minyak dunia adalah meningkatnya produksi minyak organisasi negara-negara eksportir minyak (OPEC). Dalam siaran persnya yang dipublikasikan, Jumat (4/9),  Tim Harga Minyak Indonesia merinci, beberapa faktor penurunan harga minyak dunia.

Pertama, produksi minyak mentah OPEC pada Juli 2015 meningkat 0,1 juta barel per hari dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 31,5 juta barel per hari. Kedua, revisi proyeksi pasokan minyak negara-negara Non-OPEC tahun 2015 yaitu meningkat 0,08 juta barel per hari dibandingkan publikasi bulan Juli 2015 menjadi 57,46 juta barel per hari.

Ketiga, perwakilan Iran di OPEC menyampaikan bahwa terdapat potensi peningkatan produksi minyak negara-negara OPEC hingga 33 juta barel per hari pasca penghapusan sanksi Iran. Keempat, peningkatan jumlah oil rig count dunia (kecuali Cina dan Former Soviet Union) pada Juli 2015 dibandingkan bulan sebelumnya.

Kelima, berdasarkan publikasi IEA Agustus 2015, diperkirakan pada semester II- 2015 dunia masih akan mengalami over supply hingga 1,4 juta barel per hari dengan asumsi rata-rata produksi OPEC sebesar 31,7 juta barel per hari. Itu belum memperhitungkan proyeksi kenaikan produksi minyak Iran pasca penghapusan sanksi embargo minyak.

Keenam, mengacu laporan mingguan EIA, tingkat stok distillate fuel oil Amerika Serikat per akhir Agustus 2015 lebih tinggi 5 juta barel dibandingkan dengan stok pada bulan sebelumnya.

Khusus di kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh faktor penurunan indikator perekonomian Cina dan anjloknya indeks harga saham di bursa Cina (Indeks CSI 300). Selain itu, ada faktor potensi penurunan perekonomian negara-negara di Asia akibat efek dari devaluasi mata uang yuan.

?Faktor lainnya, proyeksi produksi minyak Cina tahun ini dinaikkan 30 ribu barel per hari dan peningkatan stok minyak mentah Cina pada Juli 2015 sebesar 1,05 persen dibandingkan bulan sebelumnya,? kata Tim Harga Minyak Indonesia.

Reporter: Arnold Sirait