Cara Perusahaan Batu Bara Hadapi Penurunan Harga

KATADATA | Bernard Chaniago
Penulis:
Editor: Arsip
14/5/2014, 00.00 WIB

KATADATA ? Harga batu bara turun sejak awal tahun hingga saat ini. ICE Global Coal Newcastle Index mencatat penurunan harga batu bara mencapai pada awal tahun mencapai 12,8 persen menjadi US$ 74,7 per ton pada 13 Mei 2014 dari US$ 85,6 per ton pada awal tahun.

Penurunan harga ini tentunya cukup memberatkan perusahaan batu bara. Makanya, perusahaan harus memiliki strategi antisipasi agar bisa mempertahankan kinerjanya. Beberapa perusahaan seperti PT Indika Energy Tbk dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk memilih melakukan efisiensi dan memangkas biaya operasionalnya.

PT Indika Energy Tbk memilih memperkuat kinerja perusahaan, dengan memangkas biaya operasional. ?Kami fokus untuk menjaga cash balance, bisa dilihat dari perubahan di kuartal I-2014 hanya turun US$ 10 juta. Kami juga akan bangun organisasi, dan fokus kami, menyikapi harga batu bara yang tidak membaik,? ujar Direktur Utama Indika Energy Wishnu Wardhana, usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), di Jakarta, Rabu (14/5).

Menurut Wakil Direktur Utama Indika Energy M Arsjad Rasjid, efisiensi yang dilakukan perusahaannya, salah satunya mengurangi pengeluaran dengan mengurangi jumlah tenaga kerja.

?Dari Sumber Daya Manusia (SDM) sudah ada pengurangan biaya, sudah ratusan (yang di PHK), paling banyak di PT Petrosea Tbk. Tapi karena ada proyek baru juga seperti di Tripatra, kami juga merekrut. Intinya bagaimana kita bisa antisipasi dana, bisa kurangi biaya supaya bisa perbaiki (kinerja keuangan),? ujar Arsjad, dalam kesempatan yang sama.

Sementara Direktur Keuangan Indo Tambangraya Megah Edward Manurung mengatakan untuk mengantisipasi penurunan harga, perusahaannya akan melakukan efisiensi dalam produksi. Efisiensi tersebut dilakukan dengan mengurangi nisbah kupas (stripping ratio), dalam hal logistik, dan menerapkan berbagai teknik penambangan. Serta mengutamakan belanja modal sebesar US$ 86 juta pada proyek-proyek mendesak.

Selain itu, perseroan juga memanfaatkan teknologi ban berjalan (conveyor) untuk mendistribusikan batu bara dari sumber batu bara ke penampungan untuk menekan biaya Teransportasi. Sebelumnya, perseroan mengangkut batu bara dengan truk yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM). Dengan menggunakan conveyor yang menggunakan energi listrik, biayanya menjadi lebih murah.

Perseroan juga mengonversi bahan bakar kendaraannya, BBM ke Bahan Bakar Gas (BBG) jenis Compressed Natural Gas (CNG). Dalam hal ini, Edward mengklaim perseroan merupakan perusahaan tambang pertama yang melakukan konversi BBM ke BBG.

?(Semua) itu (dilakukan) untuk membantu menurunkan biaya produksi saat harga batu bara turun,? ujarnya.

Reporter: Desy Setyowati