Defisit Migas Masih Bebani Neraca Perdagangan

Arief Kamaludin | KATADATA
KATADATA | Agung Samosir
Penulis:
Editor: Arsip
2/12/2013, 00.00 WIB

KATADATA ? Kombinasi kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) serta suku bunga acuan (BI Rate) mulai berdampak positif terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Oktober 2013, neraca perdagangan mengalami surplus US$ 42,4 juta.

Suryamin, Kepala BPS, mengatakan surplus disebabkan mulai berkurangnya impor bahan bakar minyak (BBM). Sepanjang Oktober, impor BBM turun 4,18 persen menjadi US$23.22 miliar. Namun kenaikan nilai kurs rupiah dikhawatirkan akan meningkatkan nilai impor BBM.

?Kinerja komoditas non-migas (minyak dan gas) Indonesia selalu bagus. Tapi tertutup oleh defisit migas,? kata Suryamin saat memberikan keterangan perkembangan statistik terkini di kantornya Senin (2/12).

Berdasarkan catatan BPS, pada Oktober nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 15,71 miliar. Sedangkan nilai impor sebesar US$ 15,67 miliar. Secara kumulatif periode Januari-Oktober 2013, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 149.66 miliar, turun 5,46 persen dari periode yang sama tahun lalu. Sementara nilai impor kumulatif periode Januari-Oktober 2013 mencapai US$ 156,02 miliar.

?Total neraca perdagangan Indonesia masih defisit US$ 6,36 miliar,? kata Suryamin. Defisit lantaran surplus di sektor non-migas sebesar US$ 4,27 miliar belum dapat mengimbangi defisit migas sebesar US$ 10,63 miliar.

Halaman:
Reporter: Aria W. Yudhistira, Nur Farida Ahniar