Investasi Properti Lebih Diburu Ketimbang Emas

Arief Kamaludin | KATADATA
KATADATA | Bernard Chaniago
Penulis:
Editor: Arsip
24/10/2013, 00.00 WIB

KATADATA ? Tingginya kenaikan harga properti membuat masyarakat beralih investasi dari aset keuangan menjadi aset properti. Tingkat kenaikan harga properti dipandang lebih tinggi dibanding produk keuangan.

Jika menilik survei Harga Properti Residensial di Pasar Sekunder DKI Jakarta pada kuartal II-2013, harga rumah rata-rata mengalami kenaikan 17,5 persen satu tahun. Sementara untuk harga tanah meningkat 20,17 persen. Angka itu melebihi imbal hasil di pasar saham yang tahun ini hanya sebesar 5,37 persen. Bahkan return emas negatif 20 persen sepanjang tahun ini.

Dengan perbandingan perolehan keuntungan yang lebih tinggi, wajar jika permintaan properti diperkirakan masih tinggi. Selain untuk kebutuhan tempat tinggal, juga didorong perilaku investasi atau spekulasi karena ekspektasi kenaikan harga.

Menurut hasil survei khusus yang dilakukan Bank Indonesia mengenai Pilihan Investasi Masyarakat Indonesia, Juni 2013, sepanjang 1 tahun terakhir sebanyak 42,5 persen responden memilih untuk berinvestasi/membeli properti dibandingkan emas, saham/reksadana dan deposito. Sedangkan, yang memilih investasi di emas 27,6 persen, saham/reksadana 14,6 persen dan deposito 26,8 persen.

Permintaan properti satu tahun ke depan diperkirakan juga tetap kuat. Sedangkan, yang berminat untuk berinvestasi di properti pada satu tahun ke depan, sebanyak 64 persen responden.

Lantas, apa yang menjadi pertimbangan responden untuk memilih membeli properti?

Halaman:
Reporter: Nur Farida Ahniar