PT Perusahaan Gas Negara atau PGN bersiap mengoperasikan Lapangan Kepodang Blok Muriah. Lapangan migas itu sempat berhenti operasi karena kondisi kahar.
Direktur Utama PGN Suko Hartono mengatakan pihaknya bakal berupaya menjaga produksi Lapangan Kepodang sebesar 10-20 MMscfd. Dengan begitu, perusahaan dapat memperbaiki kinerja keuangan.
"Semoga bisa berhasil pada 2020 atau 2021," ujar Suko dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR, Senin (6/7).
Direktur Keuangan PGN Arie Nobelta Kaban menyebut produksi gas dari Lapangan Kepodang bisa dimulai jika proses administrasi selesai. Salah satunya terkait perjanjian jual beli gas atau PJBG dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.
"Kalau sudah ada PJBG, bisa langsung operasi," ujar Kaban.
(Baca: Laba PGN Tahun Lalu Anjlok Karena Lapangan Kepodang Berhenti Produksi)
Lapangan Kepodang merupakan bagian dari Blok Muriah. Lapangan itu mulai memproduksi gas pertama kali pada akhir Agustus 2015 sebesar 56 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Produksi gas saat itu dialirkan melalui pipa menuju fasilitas penerimaan di darat atau Onshore Receiving Facility (ORF) yang kemudian disalurkan ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tambak Lorok milik PLN.
Pada Bulan Juli 2017, Petronas selaku operator Blok Muriah menyatakan Lapangan Kepodang dalam kondisi kahar (force majeure). Salah satu penyebabnya yaitu hasil temuan cadangan yang tidak sesuai plan of development (PoD).
Produksi lapangan itu pun dihentikan semenjak 23 September 2019. Hingga akhirnya, PGN melalui Saka Energi Indonesia yang saat itu memiliki 20 persen hak partisipasi mengambil alih 80 persen hak partisipasi milik Petronas. Saka Energi pun menjadi operator blok migas tersebut.
(Baca: Saka Energi Siap Operasikan Kembali Lapangan Gas Kepodang)