Vaksin Covid-19 Bio Farma-Sinovac Masuk Uji Klinis Tahap Ketiga

ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Menristek dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro (kedua kiri) bersama SEVP Penelitian dan Pengembangan Adriansjah Azhari (kedua kanan) meninjau laboratorium vaksin dan serum Bio Farma saat kunjungan kerja di Bandung, Jawa Barat, Kamis (12/12/2019).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Yuliawati
20/7/2020, 16.51 WIB

BUMN farmasi PT Bio Farma (Persero) berkerja sama dengan perusahaan asal Tiongkok, Sinovac Biotech Ltd, untuk memproduksi vaksin virus corona atau Covid-19. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengatakan saat ini kerja sama memasuki proses uji klinis tahap ketiga.

"Kami memang berharap nanti setelah lewat uji klinis yang ada ini dan dites, maka nanti bisa diproduksi juga di Indonesia," kata Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga kepada awak media, Senin (20/7).

Berdasarkan informasi yang diperoleh Arya, vaksin yang dikembangkan ini sedikit berbeda dengan yang lain. Alasannya, vaksin ini dapat mencegah penularan beberapa jenis virus Covid-19 yang berkembang.

Covid-19 yang menyebar di Indonesia memiliki perbedaan dengan virus yang menyebar di Tiongkok. Pengujiannya dilakukan untuk mengukur keandalannya. "Itu yang kami lakukan, apakah memang cocok dan bisa mematikan virus corona yang ada di Indonesia?"

Sebelumnya, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa jika semua tahapan pengajuan lancar, baru antibodi bisa diproduksi secara massal. “Target produksi vaksin rencananya pada akhir 2020,” katanya melalui konferensi video, Kamis (17/6).

Wiku menjelaskan alasan Bio Farma menggandeng Sinovac dalam pengembangan vaksin karena perusahaan tersebut telah mendapat rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Selain itu, Sinovac tak hanya berkomitmen untuk bermitra dalam pengembangan vaksin. “Namun transfer teknologi pengembangan vaksin,” kata Wiku.

Dalam kesempatan tersebut, Wiku juga menyampaikan soal temuan lima kombinasi obat corona oleh Universitas Airlangga. Kelima kombinasi obat tersebut, antara lain lopinavir-ritonavir-azithromycin, lopinavir-ritonavir-doksisiklin, lopinavir-ritonavir-klaritromisin, hidroksiklorokuin-azithromycin, dan hidroksiklorokuin-doksisiklin.

Wiku mengatakan, lima kombinasi obat tersebut masih dalam tahap uji praklinis pada kultur sel dan hewan. Jika tahapan tersebut telah selesai, metode pengobatan itu masih harus melalui uji klinis kepada manusia.

“Dalam dunia medis, setiap obat potensial baru harus menjalani beberapa tahap penelitian untuk divalidasi sebagai obat yang kompatibel digunakan manusia,” kata Wiku.

Wiku memastikan tak ada obat yang mendapatkan izin pemasaran tanpa lulus uji klinis. Pemerintah pun tak mendukung penggunaan kombinasi obat tanpa lulus proses secara menyeluruh. “Jadi masih ada banyak hal yang harus dilakukan, tetapi kami berharap yang terbaik,” kata Wiku.

Reporter: Ihya Ulum Aldin