Bio Farma Bakal Prioritaskan Vaksin Covid-19 untuk Tenaga Medis

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/hp.
Ilustrasi, fasilitas produksi vaksin virus corona. PT Bio Farma akan memprioritaskan penggunaan vaksin virus corona untuk tenaga medis.
14/8/2020, 14.19 WIB

PT Bio Farma bakal memprioritaskan penggunaan vaksin virus corona atau Covid-19 yang tengah dikembangan bersama perusahaan asal Tiongkok Sinovac Ltd kepada tenaga medis terlebih dahulu. Alasannya, sebagai garda terdepan penanganan pandemi corona risiko yang dihadapi tenaga medis sangat besar.

Manajer Senior Integrasi Riset dan Pengembangan Bio Farma Neni Nurainy mengatakan, kapasitas produksi saat ini tidak bisa memproduksi vaksin Covid-19 untuk 170 juta penduduk atau 70% populasi Indonesia. Diperkirakan dalam waktu dekat produksi baru akan mencapai puluhan juta dosis, sehingga perlu skala prioritas untuk distribusinya.

"Kami akan prioritaskan penggunaan vaksin Covid-19 berdasarkan kajian dari Kementerian Kesehatan," kata Neni dalam sebuah forum diskusi daring, Jumat (14/8).

Ia menjelaskan bahwa kondisi yang sama bakal terjadi di seluruh dunia, di mana produsen-produsen vaksin virus corona tak mampu memenuhi kebutuhan bagi seluruh populasi. Sebab, hingga sekarang diperkirakan ada 4,4 miliar masyarakat dewasa di dunia dan 3 miliar anak-anak yang membutuhkan vaksin.

Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dari semua produsen vaksin untuk meningkatkan kapasitas produksi. Selain itu, ada pula kendala lain yang dihadapi oleh produsen vaksin berupa lamanya proses pengembangan vaksin yang membutuhkan waktu hingga 12 tahun.

"Ini harus disadari bersama bahwa perlu adanya relaksasi regulasi pengembangan vaksin," ujarnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Manajer Penelitian Biomolokuler Australian National University Ines Atmosukarto. Menurutnya pemberian vaksin pertama kali harus melalui identifikasi orang-orang dengan risiko tinggi terpapar virus, salah satunya tenaga medis. Sebab, mereka orang yang pertama kali terekspos bersama dengan pasien-pasien penderita Covid-19.

Berikutnya pemerintah perlu memberikan prioritas kepada orang-orang yang bekerja dalam bidang pertahanan negara seperti anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi.

"Setelah itu kita baru memikirkan vaksin diberikan kepada orang yang paling banyak berinteraksi dengan orang lain dalam bekerja," kata Ines.

Seperti diketahui, pemerintah tengah mengembangkan vaksin Covid-19 dari perusahaan Tiongkok, Sinovac Biotech untuk dilakukan uji klinis tahap ketiga. Tak hanya itu, pemerintah juga dikabarkan akan mengimpor kandidat vaksin lainnya dari Inggris untuk diuji coba.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memperkirakan pemerintah membutuhkan dana US$ 4,5 miliar atau Rp 66 triliun untuk menyuntikkan vaksin pada 160-190 juta penduduk Indonesia. Ia berharap distribusi tahap pertama dilakukan Januari-Februari 2021 dan akan dilakukan dua kali dengan kisaran harga US$ 15 per vaksin.

"Asumsi vaksinasi 300 juta kali dengan US$ 15 per vaksin, berarti sudah US$ 4,5 miliar," kata Erick dalam sebuah sesi wawancara, Jumat (7/8).

Erick tak menjelaskan secara perinci terkait perkiraan jumlah penduduk yang mungkin akan menerima vaksin Covid-19 tersebut. Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2015, jumlah penduduk Indonesia pada 2020 diperkirakan sebanyak 269,6 juta jiwa.

Ia juga tak menjelaskan kemungkinan dana yang akan digunakan pemerintah untuk membiayai kebutuhan dana vaksinasi tersebut. Meski demikian, menurutnya pos anggaran Kementerian Kesehatan saat ini masih tersedia sekitar Rp 24,8 triliun yang sebagian akan digunakan untuk membayar uang muka vaksin.

Reporter: Tri Kurnia Yunianto