Menanti Kabar Khasiat Vaksin Covid-19

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/pras.
Petugas menurunkan kontainer berisi vaksin COVID-19 saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, tangerang, Banten, Minggu (6/12/2020). Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 buatan perusahaan farmasi Sinovac, China, tiba di tanah air untuk selanjutnya akan diproses lebih lanjut ke Bio Farma selaku BUMN produsen vaksin.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
18/12/2020, 06.00 WIB
  • Brasil tunda pengumuman hasil uji vaksin Sinovac.
  • Bio Farma baru kantongi kontrak impor dengan Sinovac.
  • Simulasi vaksin Covid-19 terus digelar.  

    Presiden Joko Widodo telah menjamin vaksin Covid-19 akan diberikan secara gratis bagi seluruh masyarakat Indonesia. Demi kepercayaan khalayak, Jokowi pula yang akan pertama kali menerima vaksin virus corona.

    "Saya yang akan menjadi penerima pertama vaksin, pertama kali untuk berikan kepercayaan, keyakinan masyarakat bahwa vaksin aman digunakan," kata Jokowi dalam keterangan pers di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu (16/12).

    Lalu, bagaimana hasil uji keamanan dan efektivitas vaksin Covid-19 yang akan digunakan di Indonesia sejauh ini?

    Keputusan Menteri Kesehatan No. 9860/2020 menetapkan 6 jenis vaksin Covid-19 yang dapat digunakan di Indonesia, yaitu vaksin produksi Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer/BioNTech, dan Sinovac.

    Vaksin Pfizer/BioNTech memiliki tingkat efektivitas 95% serta tidak memiliki efek samping serius. Vaksin Pfizer/BioNTech saat ini telah mengantongi izin penggunaan darurat yang mulai disuntikkan secara massal di Inggris dan Amerika Serikat (AS).

    Kemudian, vaksin Moderna yang diklaim memiliki efektivitas menangkal virus corona sebesar 94,5%. Moderna kini tengah dalam proses perizinan di AS.

    Sedangkan, vaksin AstraZeneca yang dibuat bersama Universitas Oxford memiliki efektivitas rata-rata 70% pada uji coba fase 3 di Inggris dan Brasil. Sementara, vaksin Sinopharm memiliki tingkat efikasi 86% berdasarkan uji coba di Uni Emirat Arab.

    Di dalam negeri, vaksin Bio Farma bernama vaksin Merah Putih masih dalam tahap uji coba kepada manusia. Vaksin tersebut diperkirakan baru siap diproduksi pada triwulan IV 2021.

    Di sisi lain, vaksin Sinovac belum diketahui tingkat efektivitasnya. Uji coba vaksin tersebut tengah dilakukan di Brasil Chili, Turki, dan Indonesia.

    Kabar terakhir, Brasil menunda pengumuman hasil uji klinis fase tiga vaksin Sinovac yang seharusnya diumumkan pekan ini. Sebab, otoritas Brasil meragukan transparansi Tiongkok dalam memberikan izin penggunaan darurat Sinovac di Negeri Tirai Bambu itu.

    Sedangkan, sejauh ini baru vaksin Sinovac yang berhasil didatangkan ke Indonesia. Selain untuk uji klinis pada Agustus lalu, sebanyak 1,2 juta vaksin Sinovac tiba di Tanah Air pada awal Desember lalu.

    Selanjutnya, PT Bio Farma (Persero) akan mengimpor 1,8 juta dosis pada akhir Desember 2020 atau awal Januari 2021. Selain itu, Bio Farma juga akan mengimpor vaksin Sinovac dalam bentuk bahan baku sebanyak 15 juta dosis pada bulan ini dan 30 juta dosis pada Januari.

    Meski ada potensi melalui berbagai kerja sama internasional, Bio Farma masih menunggu aba-aba pemerintah terkait rencana impor vaksin lainnya. "Kami masih menunggu juknisnya dulu dari Kemenkes (Kementerian Kesehatan)," kata Juru Bicara Bio Farma Bambang Heriyanto saat dihubungi Katadata.co.id, Kamis (17/12).

    Juru Bicara Vaksinasi dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi pun mengaku belum ada rencana mendatangkan vaksin selain Sinovac. 

    Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mempertanyakan skema penggunaan darurat vaksin Sinovac di Tiongkok. Vaksin tersebut telah mendapatkan izin penggunaan darurat sejak Juli lalu, namun belum ada laporan hingga saat ini.

    Dicky menyebutkan, berbagai peneliti global juga mempertanyakan transparansi dari pemerintah dan perusahaan farmasi Tiongkok. "Seharusnya sudah ada laporan. Sudah hampir enam bulan," ujar dia.

    Ia berharap, permasalahan tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai otoritas yang memberikan izin penggunaan darurat di Indonesia. BPOM diminta untuk bersabar serta menunggu respons dari pemerintah Tiongkok. "Jangan memaksa buru-buru. Kalau riset vaksin tidak bisa terburu-buru," katanya.

    Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan, jajarannya terus memproses observasi pengamatan Sinovac. "Tentu hasilnya melihat dari aspek keamanannya dan terutama untuk aspek khasiatnya, efektivitasnya," ujar dia.

    Untuk mendapatkan izin penggunaan darurat, lanjut dia, vaksin harus memiliki tingkat efikasi hingga 50%. Ia pun memastikan, BPOM akan mengikuti standar dan regulasi internasional, sesuai ketentuan Food and Drug Administration (FDA).

    Penny meyakini, pemerintah berkomitmen untuk memberikan vaksin yang bermutu, berkhasiat, dan aman. Oleh karena itu, BPOM akan menunggu kecukupan data uji klinis vaksin Sinovac hingga akhirnya izin penggunaan darurat dapat diterbitkan.

    Nantinya, BPOM juga menganalisa data terkait mutu dan khasiat Sinovac bila sudah cukup lengkap. "Kami akan menganalisanya dengan para ahlinya dan dokter-dokter," kata Penny.

    Simulasi Vaksin Covid-19

    Sembari menunggu lampu hijau BPOM, Pemerintah telah menggelar simulasi vaksinasi Covid-19. Salah satunya, simulasi dilakukan di RS Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso pada Rabu (16/12).

    Tahap pertama vaksinasi dilakukan terhadap tenaga kesehatan. Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso Mohammad Syahril mengatakan, lebih dari 500 tenaga kesehatan di RSPI Sulianti Saroso yang masuk kriteria penerima vaksin Covid-19.

    ''Tenaga kesehatan yang masuk kriteria penerima vaksin sebanyak 575. Setelah diskrining ada yang eksklusi apakah hamil, komorbid jadi tinggal 375 orang,'' katanya seperti dikutip dari keterangan pers, Rabu (16/12). 

    SIMULASI VAKSINASI COVID-19 (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/wsj.)

    Pihaknya pun membentuk panitia untuk pelaksanaan vaksinasi. Dengan demikian, tenaga kesehatan RSPI Sulianti Saroso yang masuk kriteria dan lolos skrining siap dilakukan vaksinasi.

    Tata cara vaksinasi dimulai dari pendaftaran, skrining, pemeriksaan dokter, vaksinasi, observasi. Pendaftaran dilakukan melalui google form dengan mengisi data identitas diri, gejala yang sama seperti Covid-19, riwayat penyakit terdahulu. Setelah itu penerima vaksin menuju meja skrining untuk memastikan sesuai kriteria penerima vaksin.

    Setelah memenuhi kriteria sebagai penerima vaksin, penerima vaksin masuk ke ruang layanan vaksinasi. Selanjutnya, penerima vaksin menuju meja observasi selama 30 menit untuk melihat apakah terjadi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

    Usai menunggu selama 30 menit, penerima vaksin bisa meninggalkan ruangan. Jika terjadi gejala pada saat sampai di rumah atau beberapa hari setelah vaksin, penerima vaksin diharapkan segera memeriksa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

    Selanjutnya, penerima vaksin diminta kembali setelah dua minggu ke depan untuk vaksinasi yang kedua.

    Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, simulasi akan terus dilakukan secara masif. ''Kita akan secara masif melakukan simulasi sampai waktu tiba Emergency Use Autorization sudah diberikan BPOM,'' kata Terawan.

    Dengan simulasi vaksinasi, petugas tidak akan ragu-ragu dalam melakukan vaksinasi karena sudah terbiasa saat simulasi.

    Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengaku antusias menyaksikan simulasi vaksinasi Covid-19 di RSPI Sulianti Saroso. Baginya, hal yang terpenting ialah tidak ada KIPI setelah vaksinasi.

    ''Mudah-mudahan vaksinasi nanti berjalan lancar dan menambah imunitas tenaga kesehatan,'' kata Muhadjir.

Reporter: Rizky Alika