EDISI KHUSUS | Semarak Ramadan 1442 H

Menapaki Anak Tangga Makam Papan Tinggi di Kota Tua Barus

ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/hp.
Penulis: Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
22/4/2021, 11.00 WIB

Kota Barus dikabarkan sebagai tempat masuknya Islam pertama kali di Indonesia. Sejak dulu, Barus dikenal sebagai penghasil kamper atau kapur barus. Kamper berasal dari tanaman pohon kapur yang hanya tumbuh di Indonesia. Konon, kapur barus inilah yang digunakan sebagai salah satu bahan pengawet yang ditemukan pada mumi-mumi Raja Mesir kuno atau Fir’aun.

Kota tua Barus pada abad 1 – 17 M termasyhur di seluruh dunia sebagai kota perdagangan pengekspor rempah-rempah dan kapur barus yang sangat diburu pasar dunia. Bahkan, nama Barus banyak disebut dalam literatur-literatur  kuno.

Kini, kemasyhuran Barus sebagai kota perdagangan telah hilang. Namun sisa-sisa jejak peradaban masa lalu di Barus masih tertinggal, diantaranya adalah makam-makam ulama yang melakukan perjalanan dari Timur Tengah untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam di Nusantara.

Salah satu jejak yang tersisa adalah Makam Papan Tinggi. Makam ini berada di Desa Penanggahan, Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah. Makam tersebut dipercaya adalah milik Syekh Mahmud, salah satu penyiar agama Islam di Indonesia yang melakukan perjalanan sekitar tahun 34 – 44 hijriyah. Bila ditelusuri, tahun-tahun tersebut ada pada masa umat Islam dipimpin khalifah Umar bin Khattab.

Karena terletak dipuncak bukit, untuk mencapai makam tersebut cukup sulit. Peziarah harus menapaki deretan anak tangga yang sangat banyak yang dikenal sebagai “Tangga Seribu”. Dibutuhkan tenaga ekstra untuk bisa menaiki semua anak tangga ini.

Mungkin karena kelelahan menapakinya, para peziarah hingga kini masih tak sepaham dengan jumlah anak tangga yang dinaikinya. Bila peziarah mencoba menghitung, seringkali jumlah saat naik akan berbeda dengan hitungan ketika turun. Yang pasti menurut juru kunci disini, jumlah anak tangga menuju makan berjumlah sekitar 700-an anak tangga. Butuh sekitar 1 jam untuk menaiki anak tangga tersebut.

Makam Syeikh Mahmud sendiri berukuran tidak biasa. Panjanngnya sekitar 7 meter dengan batu nisan dikedua ujung makam setinggi 1,5 meter. Pada kepala nisan terdapat tulisan arab yang bila diartikan menjadi “Maka segala sesuatunya akan hancur kecuali Zat Allah.” Syeikh Mahmud menyebarkan agama Islam di Tapanuli dan dakwahnya berhasil membuat tokoh suku Batak, Raja Guru Marsakkot, akhirnya memeluk Islam.

Sejumlah pemberitaan menyebutkan, Barus menjadi pintu masuk Islam di Tanah Air yang usianya lebih tua daripada sejarah wali songo, yakni penyebar agama Islam di Jawa pada abad ke-14. Kota ini berjarak 290 km dari Kota Medan, ibu kota Sumatra Utara.