EDISI KHUSUS | Semarak Ramadan 1442 H

Masjid Ampel, Titik Napak Tilas Penyebaran Islam di Jawa Timur

ANTARA FOTO/ Irwansyah Putra/hp.
Penulis: Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
24/4/2021, 21.23 WIB

Masjid Ampel yang berada di Surabaya banyak dikenal terlebih bagi orang yang suka melakukan wisata religi. Bagi umat Islam Surabaya, Masjid Ampel merupakan rumah ibadah tersohor setelah Masjid Al-Akbar.

Di belakang Masjid Ampel terdapat komplek makam Sunan Ampel. Selain itu, ada juga kampung Arab. Sebagian besar masyarakat yang menghuni kampung Arab adalah orang-orang keturunan Arab, Yaman, dan Tiongkok. Mereka telah menetap di kampung Arab selama ratusan tahun untuk berdagang. Suasana para pedagang di kampung Arab hampir seperti suasana Kota Mekah.

Kedatangan Ramadan membuat Masjid Ampel Surabaya dikunjungi lebih banyak peziarah, maupun orang-orang yang ingin beribadah di dalamnya. Biasanya, bahkan bisa terjadi lonjakan pengunjung sekitar dua kali lipat, atau mencapai sekitar 2.000 orang.

Jumlah pengunjung akan semakin meningkat ketika maleman. Maleman jatuh pada hari ke 21, 23, 25, 27, dan 29 Ramadan. Pada saat itu, jumlah pengunjung bisa mencapai puluhan ribu orang. Mereka tak hanya datang dari wisatawan domestik, tapi juga mancanegara, di antaranya Belanda, Tiongkok, Arab Saudi, Malaysia, dan lain-lain.

Masjid Ampel berdiri sejak 1421. Masjid ini didirikan oleh Sunan Ampel, dengan bantuan beberapa sahabat beliau, yaitu Mbah Sonhaji dan Mbah Sholeh. Tak ketinggalan para santri Sunan Ampel juga ikut membantu.

Rumah ibadah umat Islam tersebut dibangun di atas area seluas 120 x 180 meter persegi di Desa Ampel (saat ini Kelurahan Ampel), Kecamatan Semampir, Surabaya, Jawa Timur. Jika anda mengetahui Jembatan Merah di Surabaya, maka letak Masjid Ampel sekitar 2 kilometer ke arah timur Jembatan Merah. Selain Masjid Ampel, Sunan Ampel juga membangun Pondok Pesantren Ampel. Kemudian pada 1972, Kawasan Masjid Ampel dikukuhkan menjadi tempat wisata religi oleh Pemerintah Kota Surabaya.

Sejumlah sumber menyebutkan pula bahwa masjid tersebut dibangun pada masa Sunan Ampel masih berdakwah. Arsitekturnya dipenuhi dengan gaya Jawa Kuno dan Arab. Pembangunan Masjid Ampel juga kental akan akulturasi budaya lokal dengan Hindu dan Budha. Pada masa itu, Masjid Ampel merupakan tempat bertemunya para wali serta ulama dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Mereka berdiskusi tentang ajaran dan penyebaran Islam.