5,5 Juta Vaksin Gotong Royong Tersedia, Distribusinya Baru 34,5%

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah warga melakukan registrasi untuk menerima suntikan vaksin Covid-19 yang digelar dari pintu ke pintu (door to door) di Cijantung, Pasar Rebo, Jakarat Timur, Rabu (14/7/2021).
Penulis: Rizky Alika
Editor: Maesaroh
26/7/2021, 18.59 WIB

Indonesia telah mengantongi 5,5 juta vaksin untuk program Gotong Royong. Namun dari jumlah itu, vaksin yang telah didistribusikan baru mencapai 1,9 juta dosis atau 34,5% dari stok yang tersedia.

"Sudah kita distribusikan 1,9 juta ini untuk vaksin Gotong Royong, alhamduilah lancar ini pakai merek Sinopharm," kata Menteri BUMN Erick Thohir pada konferensi pers virtual, Senin (26/7).

Dari 5,5 juta vaksin yang tersedia, sebanyak 2,9 juta dosis telah menerima izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sedangkan, 2,6 juta dosis masih menunggu izin edar dari BPOM.

Ia memastikan, vaksin Gotong Royong tidak menggunakan merek vaksin yang sama dengan program vaksinasi pemerintah. Selain itu, vaksin Gotong Royong tidak menggunakan vaksin pemberian dari COVAX Global Alliance for Vaccine and Immunization (GAVI).

Adapun, program vaksin Gotong Royong merupakan program vaksinasi pihak swasta guna mempercepat target pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas. Vaksinasi Gotong Royong  ini juga dilakukan untuk meringankan beban pendanaan pemerintah.

Vaksin diberikan kepada karyawan dan keluarga karyawan pada perusahaan yang mendaftar program vaksin Gotong Royong melalui  Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Perusahaan akan membiayai vaksinasi karyawannya tanpa memungut biaya atau melakukan pemotongan gaji.

Target program vaksin Gotong Royong sebanyak 20 juta dosis. Adapun, jenis vaksin yang akan digunakan ialah Sinopharm, CanSino, Sputnik V, dan Anhui.

Adapun mekanisme vaksinasi Gotong Royong melalui Kamar Dagang Indonesia atau Kadin akan tetap dilanjutkan. Syarat vaksinasi Gotong Royong yakni perusahaan yang akan menanggung seluruh biaya vaksinasi bagi karyawannya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi B Sukamdani mengatakan momentum untuk melakukan program vaksinasi sudah lewat.  Menurut Hariyadi, penggalakan vaksin secara besar-besaran oleh pemerintah mengurangi  minat perusahaan untuk mengikuti program vaksinasi Gotong Royong.

"Paling lambat harusnya pertengahan Juni tapi ini kan sudah lewat. Tadinya banyak perusahaan yang mau melakukan vaksin Gotong -Royong tapi sekarang memilih untuk meminta karyawannya untuk mengikuti vaksinasi gratis dari pemerintah," ujar Hariyadi kepada Katadata, Senin (26/7).


Sebagaimana diketahui, pemerintah menargetkan vaksin Covid-19 diberikan kepada 208,26 juta penduduk. Jumlah tersebut meliputi tenaga kesehatan, lanjut usia, petugas publik, masyarakat rentan, masyarakat umum, dan penduduk usia 12-17 tahun. 
Hingga 26 Juli pukul 12.00  WIB, total vaksinasi dosis pertama telah diberikan kepada 44,72 juta orang. Sedangkan, vaksinasi dosis kedua sudah mencapai 18,12 juta penduduk.

Percepatan program vaksinasi menjadi syarat mutlak untuk menekan angka kasus positif Covid-19 serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Karena itulah, pemerintah terus berupaya untuk mempercepat vaksinasi.

Pemerintah semula membuka kemungkinan untuk program vaksinasi berbayar dengam melibatkan PT Kimia Farma. Namun, Kimia Farma Tbk  memutuskan untuk menunda jadwal pelaksanaan program vaksinasi berbayar yang semula akan berlangsung pada Senin (12/7) hari ini karena protes keras masyarakat. 
Program vaksinasi berbayar dikhawatirkan bakal akan mengurangi jatah vaksin gratis yang diperuntukan bagi masyarakat umum.

Reporter: Rizky Alika