Kabut masih menyelimuti wilayah perbukitan Dago, Bandung, Jawa Barat. Senin pagi (9/8/2021), tim Jelajah Jalan Raya Pos bergegas mengepak barang-barang bawaaannya. Sementara sajian pagi sudah menanti di restoran hotel.
Ini adalah hari ketiga perjalanan menapak tilas Jalur Daendels, sebuah rute layaknya jalan tol pada masa Hindia Belanda. Dibangun dalam waktu singkat sekitar tiga tahun yang selesai pada 1811, jalur ini menghubungkan bagian barat dengan timur Pulau Jawa, dari Anyer hingga Panarukan. Jalan ini mempersingkat mobilitas barang dan pergerakan manusia pada waktu itu. Juga memuluskan pergerakan militer Belanda.
Dua abad lebih, lalu Katadata menyusuri kembali rute yang pembangunanya menelan banyak korban tersebut. Ini sebuah edisi spesial untuk menyambut hari kemerdekaan Indonesia yang ke-76. Tidak hanya mengangkat nilai historis De Grote Postweg, ekspedis ini juga memotret wajah ekonomi saat ini, seperti destinasi wisata dari Anyer-Panarukan.
Setelah singgah di Bogor, di hari ketiga, saat Ahada malam menjelang pergantian hari, tim jelajah menginjak Bandung dan menginap di Swissbel Hotel. Tempatnya di kompleks Dago Heritage 1917 Golf Course. Di sana terdapat salah satu lapangan golf paling terkenal di negara ini.
Sebelum melanjutkan ke Museum Pos Bandung di Jalan Cilaki Nomor 73, seluruh tim yang berjumlah 14 orang, termasuk driver, menjalani tes swab antigen di kamar hotel. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan salah satu dari kami terpapar Covid-19 selama perjalanan.
Satu persatu kru dicolok lubang hidungnya untuk mengambil sampel lalu dipindai. Tak memakan waktu lama, semua kru dinyatakan negatif. Seluruh tim pun bergegas memasuki kendaraan masing-masing. Empat mobil Jelajah Jalan Raya Pos beriringan menuju Gedung Museum Pos, tempat bersejarah yang berdiri sejak zaman Hindia Belanda pada tahun 1933.
Setibanya di lokasi, tim disambut Faizal Rochmad Djoemadi, Direktur Utama PT Pos Indonesia. Dalam obrolan santai, Faizal bercerita tentang salah satu hobinya sebagai penyuka motor gede (Moge).
Dia lalu mengajak tim untuk menilik sebagian bangunan bersejarah yang bedampingan dengan Gedung Sate tersebut. Sayangnya, ketika itu tidak dapat melihat bangunan yang menyimpan ribuan macam perangko karena ada perbaikan di area tersebut.
Dalam kunjungan di titik ini, bergabung pula Chief Executive Officer Katadata Metta Dharmasaputra dan Chief Operating Officer Katadata Ade Wahyudi. Setelah bincang-bincang, acara diakhiri dengan sesi foto bersama di depan halaman gedung bersejarah tersebut.
Dari Bandung, perjalanan sejauh 1.000 kilometer dari Anyer ke Panarukan kembali berlanjut.