Ventilasi dan Penyaring Udara di Sekolah Bisa Tekan Covid-19 saat PTM

ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/hp.
Sejumlah siswa mengikuti upacara pembukaan proses belajar tatap muka di Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Bulango Timur, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Senin (24/5/2021). Pemerintah daerah setempat mulai membuka sekolah tatap muka terbatas dengan membagi jumlah siswa yang hadir dan menerakan protokol kesehatan secara ketat.
25/9/2021, 16.14 WIB

Sistem ventilasi yang baik dan penggunaan filter udara dinilai bisa mengurangi risiko penularan virus Covid-19 di kalangan pelajar yang kini sudah mulai menjalankan pembelajaran tatap muka (PTM).

Jose-Luis Jimenez, Profesor dari University of Colorado, menjelaskan aliran udara harus menjadi poin penting yang diperhatikan penyelenggara pendidikan. Ia menilai penggunaan desinfektan justru kurang efektif untuk mencegah penularan di sekolah.

“Apapun kandungan cairan desinfektan yang membunuh virus juga menyakitkan bagi penghirupnya, serta bereaksi dengan polutan dalam ruangan dan menciptakan polutan lebih berbahaya,” ujarnya dalam webinar daring “How to Reopen Schools Safely during COVID-19”, Sabtu (25/9).

Salah satu strategi mencegah penyebaran virus adalah dengan membuka jendela sebagai ventilasi dan memperbanyak kegiatan di luar ruangan. Kendati demikian, bagi sekolah yang berada di kawasan berkualitas udara buruk, Jimenez menyarankan untuk menggunakan alat penyaring udara. Hal ini penting agar aliran udara terus mengalir sehingga membawa CO2 dan virus-virus berbahaya keluar.

“Idealnya [penyaring udara] diletakkan di tengah ruangan setara dengan tinggi indra pernapasan. Hindari meletakkan di pojok ruangan, karena tidak akan menyaring udara seluruh ruangan,” ujarnya.

Jimenez juga menyarankan untuk memperhatikan volume suara. Pasalnya, volume suara yang semakin keras dapat menyebabkan penyebaran droplet yang lebih tinggi. Oleh karena itu, murid dan guru harus berhati-hati ketika berbicara dengan keras.

Penggunaan desinfektan saja dinilai tidak cukup. Sebab, udara yang ada di ruangan masih terjebak di dalam dan tidak membawa keluar virus. Murid juga didorong agar bisa melakukan aktivitas sekolah di luar ruangan. Hal ini agar aliran udara di tempat belajar alami dan tidak akan menampung virus di dalam satu lokasi. Khusus untuk kegiatan makan, Prof. Jimenez menekankan untuk makan di luar ruangan bila memungkinkan.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia Budi Haryanto menekankan pembukaan sekolah merupakan langkah penting yang pada akhirnya memang harus dilakukan. Di sisi lain, Budi meminta setiap orang harus memastikan lingkungan belajar yang aman.

"Di sinilah peran krusial dari strategi manajemen kualitas udara dalam memastikan keamanan anak-anak kita ketika belajar di dalam ruangan kelasnya," katanya, dalam webinar yang sama.

Penyumbang Bahan: Amarty Kejora