Memahami Arti dan Fungsi Bahasa Daerah

pixabay.com/sasint
Editor: Safrezi
8/10/2021, 15.37 WIB

Indonesia memiliki beragam bahasa daerah yang harus dilestarikan. Tetapi keragaman bahasa Indonesia terancam punah atau hilang. Penyebabnya karena semakin berkurangnya penutur bahasa daerah asli.

Summer Institute of Linguistics menyebutkan jumlah bahasa daerah di Indonesia ada 719. Sebanyak 707 masih aktif dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di daerah masing-masing. Sementara itu UNESCO mencatat ada 143 bahasa daerah di Indonesia berdasarkan status vitalitas atau daya hidup bahasa.

Bahasa Daerah yang Terancam Punah

Mengutip dari laman kemdikbud.go.id, berdasarkan hasil pemetaan Badan Bahasa, ada 11 bahasa daerah yang terancam punah di Indonesia.

Kesebelas bahasa yang punah itu antara lain :

  • Bahasa Tandia (Papua Barat).
  • Bahasa Mawes (Papua).
  • Bahasa Kajeli/Kayeli (Maluku).
  • Bahasa Piru (Maluku).
  • Bahasa Moksela (Maluku).
  • Bahasa Palumata (Maluku).
  • Bahasa Ternateno (Maluku Utara).
  • Bahasa Hukumina (Maluku).
  • Bahasa Hoti (Maluku).
  • Bahasa Serua (Maluku).
  • Bahasa Nila (Maluku).

Cara melestarikan bahasa daerah adalah menjadikan muatan lokal di sekolah. Muatan lokal bisa membuat siswa mempelajari dan menuturkan bahasa daerah di generasi berikutnya.

Pengertian Bahasa Daerah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

Mengutip jurnal "Daerah Gambaran Kondisi Vitalitas Bahasa Daerah Di Indonesia" yang diterbitkan Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bahasa menjadi alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi baik lisan maupun tulisan. Bahasa digunakan untuk bekerjasama, interaksi, dan identifikasi diri. Bahasa dipakai kedua belah pihak untuk berkomunikasi dengan cara tertentu.

Kontribusi Bahasa Daerah dalam Bahasa Indonesia

Bahasa daerah berkontribusi dalam bahasa Indonesia. Salah satunya melihat rujukan kosakata bahasa daerah pada kamus. Kamus menjadi rujukan dalam memahami makna kata suatu bahasa termasuk bahasa daerah.

Mengacu laman Badan Bahasa Kemdikbud, ada 3 fungsi bahasa daerah ke bahasa Indonesia, yaitu:

  1. Pendukung bahasa Indonesia.
  2. Bahasa pengantar untuk permulaan.
    Bahasa daerah bisa menjadi mata pelajaran sekolah dasar di daerah tertentu. Bahasa pengantar ini bisa memperlancar pengajaran bahasa Indonesia atau pelajaran lain.
  3. Sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia.
    Bahasa daerah bisa menjadi pelengkap untuk bahasa Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintah di tingkat daerah.

Bahasa Jawa menempati urutan teratas yang berkontribusi pengembangan bahasa Indonesia. Berikut urutan pengembangan kosakata bahasa daerah ke bahasa Indonesia:

  1. Bahasa Jawa 30,54%.
  2. Bahasa Minangkabau 25,59%.
  3. Bahasa Sunda 6,14%.
  4. Bahasa Madura 6,09%.
  5. Bahasa Bali 4,21%.
  6. Bahasa Aceh 3,08%.
  7. Bahasa Banjar 2,75%.

Bahasa Jawa juga menempati peringkat pertama dengan jumlah penutur terbanyak di atas satu juta. Dari 13 bahasa daerah, berikut jumlah penuturnya:

  1. Bahasa Jawa sebanyak 75,2 juta penutur.
  2. Bahasa Sunda 27 juta penutur.
  3. Bahasa Melayu 20 juta penutur.
  4. Bahasa Madura 13,69 juta penutur.
  5. Bahasa Minang 6,5 juta penutur.
  6. Bahasa Batak 5,15 juta penutur.
  7. Bahasa Bugis 4 juta penutur.
  8. Bahasa Bali 3,8 juta penutur.
  9. Bahasa Aceh 3 juta penutur.
  10. Bahasa Sasak 2,1 juta penutur.
  11. Bahasa Makassar 1,6 juta penutur.
  12. Bahasa Lampung 1,5 juta penutur.
  13. Bahasa Rejang 1 juta penutur.

Fungsi bahasa daerah:

1. Lambang kebanggaan daerah.
2. Lambang identitas daerah.
3. Sarana hubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah.
4. Sarana pengembangan dan pendukung kebudayaan daerah. 
5. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan.

Dampak Positif Bahasa Daerah:

1. Bahasa daerah berkontribusi pada bahasa Indonesia

Seperti yang dijelaskan di atas, bahasa daerah bermanfaat untuk menambah kosakata dalam kamus bahasa Indonesia. Selain itu bahasa daerah ini bisa dituturkan secara luas.

2. Sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia

Indonesia memiliki suku yang beragam dari berbagai daerah. Bahasa daerah menjadi salah satu sumber kekayaan budaya.

3. Sebagai identitas dan ciri khas suatu daerah

Bahasa daerah yang dipakai suku tertentu menjadi ciri khas di daerah tersebut. Misalnya suku Jawa di Jawa Timur memakai bahasa Jawa dan logat khas Jawa Timur.

4. Menimbulkan keakraban dalam berkomunikasi

Bahasa daerah menambah keakraban dalam berkomunikasi dan tinggal di lingkungan baru.

Dampak Negatif Bahasa Daerah:

1. Bahasa daerah sulit dipahami oleh daerah lain

Terkadang bahasa daerah yang berbeda bisa menimbulkan salah paham dalam komunikasi. Beberapa orang yang tinggal di daerah baru perlu mempelajari dan belajar bahasa daerah tersebut.

2. Warga negara asing kesulitan belajar bahasa Indonesia

Beberapa kata dari bahasa Indonesia berasal dari bahasa daerah. Warga negara asing terkadang kesulitan memahami dan mengucapkan bahasa daerah tersebut. Apalagi bahasa Indonesia banyak kosakata

3. Masyarakat kurang paham pemakaian bahasa Indonesia

Beberapa warga termasuk yang tinggal di daerah tertentu, lebih sering memakai bahasa daerah masing-masing. Hal ini menimbulkan kesulitan penggunaan bahasa Indonesia yang baku karena sudah terbiasa memakai bahasa daerah.

Fungsi Bahasa Secara Umum

Secara umum bahasa dipakai sebagai alat mengekspresikan diri, alat komunikasi, alat adaptasi sosial dalam lingkungan dan situasi tertentu, serta menjadi kontrol sosial.

1. Sebagai alat ekspresi diri

Bahasa menjadi ungkapan diri pada orang tua ketika masih kecil. Awal mula bahasa kberkembang sebagai alat untuk menyatakan diri.

2. Sebagai alat komunikasi

Bahasa menjadi bentuk komunikasi untuk menyampaikan maksud supaya dipahami orang alat. Perbedaan dengan alat ekspresi diri dan alat komunikasi adalah ketika berkomunikasi pemakaian bahasa disesuaikan dengan orang dituju. Hal ini sebagai ungkapan supaya bahasa mudah tersampaikan.

3. Bahasa sebagai adaptasi sosial

Ketika seseorang berada di lingkungan sosial baru, bahasa yang digunakan tergantung dari situasi dan kondisi yang dihadapi. Misalnya, seseorang memakai bahasa non-formal jika berbicara dengan temannya. Ketika bertemu dengan orang yang lebih tua, seseorang memakai bahasa formal.

4. Bahasa sebagai kontrol sosial

Bahasa dipakai kontrol sosial karena sangat efektif. Kontrol sosial ini diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat. Buku-buku panduan dan pelajaran termasuk contoh bahasa sebagai alat kontrol.