Memahami Surat Al Fajr dan Artinya

ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc.
Sejumlah santri dan santriwati membaca Al Quran bersama saat mengaji malam 'selikuran' di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Al Mubarokah, Sempu, Andong, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (2/5/2021). Kegiatan membaca Alquran yang diikuti para santri dan santriwati tersebut untuk memperingati Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar pada malam 'selikuran' atau malam ke-21 Ramadhan.
Editor: Safrezi
10/11/2021, 09.45 WIB

Surat ke 89 di dalam Al Qur'an adalah Surat Al Fajr. Tergolong ke dalam surat Makkiyah, karena turun di Kota Mekkah Al Mukarromah.

Dalam sejarah Asbabun Nuzulnya, Ibnu Katsir menyebut bahwa penamaan surat ini diambil dari awal kata yang ada di ayat pertama. Adapun makna Fajr sendiri banyak ulama yang berpendapat bahwa ada di waktu akhir sepertiga malam menjelang subuh. Sedangkan riwayat lain juga menyebut sebagai hari terakhir di Idul Fitri dan Idul Adha.

Surat Al Fajr dan Artinya

وَالْفَجْرِۙ - ١

wal-fajr
Demi fajar,

وَلَيَالٍ عَشْرٍۙ - ٢

wa layālin 'asyr
demi malam yang sepuluh,

وَّالشَّفْعِ وَالْوَتْرِۙ - ٣

wasy-syaf'i wal-watr
demi yang genap dan yang ganjil,

وَالَّيْلِ اِذَا يَسْرِۚ - ٤

wal-laili iżā yasr
demi malam apabila berlalu.

هَلْ فِيْ ذٰلِكَ قَسَمٌ لِّذِيْ حِجْرٍۗ - ٥

hal fī żālika qasamul liżī ḥijr
Adakah pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) bagi orang-orang yang berakal?

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍۖ - ٦

a lam tara kaifa fa'ala rabbuka bi'ād
Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad?

اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ - ٧

irama żātil-'imād
(yaitu) penduduk Iram (ibukota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi,

الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلَادِۖ - ٨

allatī lam yukhlaq miṡluhā fil-bilād
yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain,

وَثَمُوْدَ الَّذِيْنَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِۖ - ٩

wa ṡamụdallażīna jābuṣ-ṣakhra bil-wād
dan (terhadap) kaum samud yang memotong batu-batu besar di lembah,

وَفِرْعَوْنَ ذِى الْاَوْتَادِۖ - ١٠

wa fir'auna żil-autād
dan (terhadap) Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan yang besar),

الَّذِيْنَ طَغَوْا فِى الْبِلَادِۖ - ١١

allażīna ṭagau fil-bilād
yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,

فَاَكْثَرُوْا فِيْهَا الْفَسَادَۖ - ١٢

fa akṡarụ fīhal-fasād
lalu mereka banyak berbuat kerusakan dalam negeri itu,

فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍۖ - ١٣

fa ṣabba 'alaihim rabbuka sauṭa 'ażāb
karena itu Tuhanmu menimpakan cemeti azab kepada mereka,

اِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِۗ - ١٤

inna rabbaka labil-mirṣād
sungguh, Tuhanmu benar-benar mengawasi.

فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَكْرَمَنِۗ - ١٥

fa ammal-insānu iżā mabtalāhu rabbuhụ fa akramahụ wa na"amahụ fa yaqụlu rabbī akraman
Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.”

Halaman: