Tren Kenaikan Berlanjut, Kasus Baru Covid-19 Indonesia Tembus 500

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/tom.
ktivis yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Peduli Kesehatan (KOMPAK) melakukan aksi pantomim di Taman Patung Kuda, Jakarta, Rabu (17/11/2021). Aksi yang digelar dalam rangka Hari Kesehatan Nasional tersebut bertujuan untuk mendesak Presiden agar segera mengesahkan Revisi PP 109/2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif guna melindungi kesehatan masyarakat. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/tom.
17/11/2021, 18.46 WIB

Kasus Covid-19 di Indonesia mulai menunjukkan tren kenaikan pada hari ini. Pemerintah melaporkan pasien corona bertambah 522 pada Rabu (17/11), tertinggi sejak 5 November yakni 518 orang.

Kasus terbanyak hari ini disumbang Provinsi Jawa Barat yakni 16o orang. DKI Jakarta berada di peringkat kedua dengan sumbangan 130 pasien baru.

Tambahan pasien positif hari ini didapatkan dari pemeriksaan terhadap 193.308 orang. Sedangkan rasio positif corona mencapai 0,27%.

Sedangkan angka kematian bertambah 13 orang hari ini. Provinsi yang menyumbangkan tambahan pasien meninggal adalah Lampung, Bangka Belitung, Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

Adapun kasus sembuh corona hari ini bertambah 458 orang. DKI Jakarta menyumbang pasien pulih terbanyak hari ini yakni 172 orang.

Pemerintah juga melaporkan kasus aktif corona berkurang 51 menjadi 8.390 orang. Selain itu sebanyak 7.177 orang dinyatakan sebagai suspek Covid-19.

Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan masih adanya ancaman lonjakan kasus Covid-19 setelah musim liburan Natal dan Tahun Baru. Apalagi beberapa negara seperti Inggris, Jerman, hingga Amerika Serikat sedang dihantam corona.

“Hari ini, kita dałam kondisi baik, tetapi bukan berarti bisa terlena. Mendekati libur natal dan tahun baru harus ekstra hati-hati,” ujar Sri Mulyani dalam CEO Networking 2021, Selasa (16/11). 

Sedangkan Presiden Joko Widodo juga meminta para menteri untuk mewaspadai potensi berlanjutnya pandemi virus corona. Untuk itu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun depan harus menjadi instrumen utama untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi

Selain itu, APBN harus memperkuat daya tahan ekonomi dan daya saing ekspor serta investasi. "Waspadai tantangan kita di 2022, yakni potensi berlanjutnya pandemi dan perlambatan ekonomi dunia karena pandemi global yang belum selesai," kata Jokowi.