Dunia Geger Varian Omicron, Apakah Lebih Berbahaya dari Delta?

Kementerian Kesehatan
Ilustrasi. Pemerintah menegaskan varian Omicron belum terindentifikasi masuk Indonesia.
Penulis: Agustiyanti
28/11/2021, 20.56 WIB

Kasus varian baru Covid-19, Omicron menyebar dengan cepat sejak diidentifikasi pertama kali di Afrika Selatan dan sudah terindentifikasi di sembilan negara. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikit menyebut varian Omicron memiliki mutasi-mutasi buruk dari varian sebelumnya, yakni Alfa, Gama, dan Delta

“Kenapa varian Omicron ini menjadi varian of concern sangat cepat? Karena varian ini mutasinya sangat banyak dan mutasi-mutasi yang berbahaya dari mutasi sebelum-sebelumnya ada di sini,” ujar Budi dalam konferensi pers, Minau (28/11). 

Ia menjelaskan, varian Omicron pertama kali dilaporkan kepada WHO pada 24 November 2021. Kasus konfirmasi tersebut merupakan spesimen yang diambil pada 9 November 2021. 

“Menjadi variant of under investigation pada 24 November oleh WHO, lalu langsung ditingkatkan menjadi variant of concern pada 26 November, jadi loncat dari seharusnya varian of interest,” kata dia. 

Varian ini, menurut dia, memiliki 50 mutasi virus. Dari jumlah tersebut, 30 mutasi berada di spike protein atau mahkota virus. 

Ia mengatakan, banyak mutasi buruk dari varian Delta, Alfa, dan Gama yang diindentifikasi berada pada varian ini. Adapun mutasi buruk terbagi ke dalam tiga kelompok:

  1. Mutasi yang meningkatkan keparahan. 
  2. Mutasi meningkatkan transmisi atau penularan lebih cepat 
  3. Mutasi yang mampu menurunkan kemampuan antibodi Covid-19 dari infeksi sebelumnya atau vaksin. 

Budi menjelaskan, studi terkait varian baru ini masih berjalan sehingga belum ada kepastian terkait ketiga kemampuan virus ini.  Ia menekankan identifikasi virus ini merupakan bidang dari virologist atau ahli virus. 

“Terkait meningkatkan keparahan hingga saat ini belum ada identifikasi. Sedangkan untuk kemungkinan terkait lebih cepat menular dari varian delta dan bisa menurunkan kemampuan antibodi, kemungkinan besar demikian,” kata dia. 

Meski demikian, Budi mengatakan penelitian terkait kemampuan virus dalam transmisi dan menerobos antibodi masih dalam tahap akhir. Ia pun menegaskan varian ini belum terindentifikasi masuk ke Indonesia. 

Ia menjelaskan, dunia dan Indonesia saat ini sudah jauh lebih cepat dan canggih dalam mengindentifikasi varian baru. Hal ini sangat penting dalam mengantisipasi penyebaran kasus. Selama ini, munculnya varian baru selalu memicu lonjakan kasus.

"Saat ini Indonesia dan berbagai negara di dunia memiliki kapasitas lab yang baik sehngga dapat dengan cepat mengantisipasi varian baru," kata Budi. 

Budi mengatakan, kebijakan saat ini juga selalu diambil berdasarkan data. Ia mencatat kasus konfirmasi positif Covid-19 varian Omicron terdeteksi di sembilan negara sebanyak 128 kasus. Sementara empat negara mendeteksi kemungkinan kasus serupa. 

"Total ada 13 negara, sembilan negara sudah pasti ada, empa negara masih kemungkinan ada. Kita tidak perlu terlalu panik dan terburu-buru, kebijakan harus diambil berbasis data," kata dia. 

Kasus Covid-19 di dalam negeri saat ini masih terkendali. Pasien positif Covid-19 bertambah 264 orang per 28 November 2021. Total Kasus mencapai 4.255.936 dengan 4.103.914 pasien dinyatakan sembuh dan 143.808 orang meninggal dunia.