Eksistensi manusia merupakan hal yang menarik untuk dipelajari. Manusia merupakan makhluk fana yang kompleks. Dalam kehidupan yang singkat di dunia ini, tujuan hidup manusia seringkali dipertanyakan.
Aristoteles berpendapat dalam buku Nicomachean Ethics bahwa kebahagiaan adalah tujuan akhir dari eksistensi manusia karena kebahagiaan merupakan hal yang kita lakukan untuk diri kita sendiri.
Perdebatan tentang eksistensi manusia, tujuan hidup, dan sebagainya merupakan bagian dari ilmu filsafat. Dalam Dictionary of Philosophy, filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia yang terdiri dari dua kata, yakni philos yang berarti “cinta” dan sophia yang artinya “kebijaksanaan”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli
Aristoteles berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Socrates menyebutkan bahwa filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan realitas ada dengan mengandalkan akal budi.
Menurut Al-Farabi, filsafat adalah ilmu mengenai yang ada, yang tidak bertentangan dengan agama, bahkan sama-sama bertujuan mencari kebenaran.
Rene Descartes menjelaskan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
Menurut Immanuel Kant, filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan tentang Tuhan, alam, dan segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi (teori pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat diketahui.
Immanuel Kant menjelaskan, filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup didalamnya empat persoalan yaitu:
- Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika).
- Apakah yang boleh kita kerjakan? (dijawab oleh agama).
- Sampai dimanakah pengharapan kita? (dijawab oleh etika).
- Apakah yang dinamakan manusia? (dijawab oleh filsafat antropolog).
Sidi Gazalba dalam Sistematika Filsafat menjelaskan bahwa filsafat adalah hasil kegiatan berpikir yang radikal, sistematis, universal. Kata “radikal” berasal dari bahasa Latin radix yang artinya akar.
Filsafat bersifat radikal, artinya permasalahan yang dikaji, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan bersifat mendalam sampai ke akar-akarnya.
Mengutip Buku Ajar Filsafat Pendidikan, Harold H. Titus mengemukakan pengertian filsafat dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Dalam arti sempit, filsafat diartikan sebagai ilmu yang berkaitan dengan metodologi atau analisis bahasa secara logis dan analisis makna-makna.
Filsafat diartikan sebagai “science of science” yang bertugas memberi analisis secara kritis terhadap asumsi-asumsi dan konsep-konsep ilmu, serta mengadakan sistematisasi atau pengorganisasian pengetahuan.
Dalam pengertian yang lebih luas, filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup, dan makna hidup.
Ada beberapa definisi filsafat yang dikemukakan Harold Titus, yaitu:
- Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta.
- Filsafat adalah suatu metode berpikir reflektif dan penelitian penalaran.
- Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah.
- Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berpikir.
Pertanyaan filsafat ilmu dari Harold Titus meliputi:
- Apakah akal manusia? Dapatkan akal manusia mengetahui apa yang ingin diketahuinya?
- Dari apa sumber pengetahuan itu?
- Dari manakah pengetahuan yang benar itu datang?
Definisi filsafat berbeda bagi setiap orang, tergantung pandangan, analisis, dan keyakinan. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan mencari kebenaran yang sedalam-dalamnya sesuai kemampuan akal budi manusia.
Metode Filsafat
Bersumber dari buku Pengantar Filsafat Ilmu, metode digunakan sebagai alat pendekatan untuk mencapai hakikat sesuai dengan corak pandangan filsuf masing-masing. Adapun metode filsafat dijelaskan sebagai berikut.
1. Metode Kritis (Socrates dan Plato)
Metode kritis bersifat analisis istilah dan pendapat. Metode ini menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan dengan cara bertanya, berdialog, membedakan, membersihkan, menyisihkan, dan menolak sehingga pada akhirnya dapat ditemukan hakikat.
2. Metode Intuitif (Plotinus dan Bergson)
Metode intuitif menggunakan cara intuitif dan pemakaian simbol-simbol untuk berusaha melaksanakan pembersihan intelektual bersama dengan penyucian moral, sehingga tercapai suatu pemikiran yang jernih.
3. Metode Skolastik (Aristoteles dan Thomas Aquinas)
Metode skolastik bersifat sintetis deduktif. Artinya, metode ini memecahkan suatu persoalan dengan analisis dan pengambilan kesimpulan yang dimulai dari prinsip-prinsip umum, kemudian diimplementasikan ke hal-hal atau prinsip-prinsip khusus.
Metode ini bertitik tolak dari definisi dan prinsip yang jelas lalu dilakukan penarikan kesimpulan.
4. Metode Geometris (Rene Descartes)
Metode geometris dilakukan dengan analisis mengenai hal-hal yang kompleks untuk dicapai intuisi terhadap hakikat-hakikat sederhana, kemudian dideduksi secara matematis segala pengertian lainnya.
5. Metode Empiris (Hobbes, Locke, Berkeley, dan David Hume)
Hanya pengalaman yang menyajikan pengertian benar, maka sebua pengertian atau ide akan menghasilkan pengetahuan jika itu bersumber dari pengalaman.
6. Metode Transendental (Immanuel Kant)
Bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu berlandaskan dinamika kesadaran diri. Metode ini merupakan salah satu pendekatan teologi kontekstual yang menyatakan bahwa realitas bukan sesuatu yang “ada di luar”, melainkan hakikat sejatinya yang tidak tampak secara imanen.
7. Metode Fenomenologi (Husserl)
Metode ini dilaksanakan dengan penyederhanaan secara sistematis (reduction) dan melakukan refleksi secara mendalam dalam setiap fenomena agar tercapai hakikat sesuatu yang ada di balik fenomena.
8. Metode Dialektis (Hegel dan Mark)
Metode ini dilakukan dengan mengikuti dinamika pikiran berbasis peristiwa di alam semesta dan bersandarkan pada dialektika, tesis, antitesis, dan sintesis untuk mencapai hakikat kenyataan.
9. Metode Neo Positivis
Kenyataan dipahami menurut hakikatnya dengan menggunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).
10. Metode Analitika Bahasa (Wittgenstein)
Merupakan metode yang khusus dalam filsafat dengan cara menguji ungkapan-ungkapan yang digunakan berdasarkan analisis bahasa dengan tujuan untuk mencapai kebenaran yang hakiki.