Saat belajar Bahasa Indonesia, kita akan mengenal beberapa jenis teks. Salah satunya yaitu teks tanggapan. Apa yang dimaksud teks tanggapan? Berikut penjelasan lengkapnya.
Pengertian Teks Tanggapan
Berdasarkan penjelasan di buku “Bahasa Indonesia”, teks tanggapan adalah teks yang isinya pendapat berupa kritik, pujian, atau sanggahan terhadap suatu hal.
Sementara itu dalam “Ragam Teks dan Satuan Bahasa Pembentuk Teks” oleh Prof. Dra. N. Tatat Hartati, M.Ed., Ph.D., disebutkan bahwa teks tanggapan merupakan teks yang isinya sambutan terhadap ucapan (kritik, komentar, dan sebagainya) dan hal yang diterima oleh pancaindra dan bayangan dalam angan-angan.
Secara umum, teks tanggapan berisi sudut pandangan seseorang terhadap hal yang diterimanya. Teks tanggapan bisanya dibuat untuk menanggapi karya sastra, artikel, film, berita, atau fenomena tertentu.
Ciri Ciri Teks Tanggapan
Untuk membedakannya dengan jenis teks lain, berikut ini beberapa ciri dari teks tanggapan yang perlu dipahami:
- Berisi tanggapan terhadap fenomena yang ada di lingkungan sekitar disertai fakta dan alasan.
- Memiliki kaidah bahasa tersendiri supaya bisa disampaikan dengan jelas, logis, dan sopan.
- Memiliki struktur yang menunjang terbentuknya teks tanggapan.
Struktur Teks Tanggapan dan Contohnya
Teks tanggapan merupakan opini pribadi, namun dalam pembuatannya harus tetap memperhatikan struktur dari teks ini. Menurut penjelasan di buku “Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”, berikut tiga struktur teks tanggapan beserta contohnya.
1. Konteks
Konteks yaang dimaksud berupa penyebutan tentang objek yang ditanggapi. Dalam bagian ini mungkin disertai dengan keterangan tempat, waktu, dan keterangan lainnya. Maka dari itu, bagian konteks harus dapat menjawab tiga pertanyaan, sebagai berikut:
- Apa objek yang ditanggapi?
- Dimana lokasi kejadinya?
- Kapan peristiwa tersebut terjadi?
Contoh teks tanggapan pada bagian ini sebagai berikut:
Krisis air sudah terasa oleh masyarakat Cekungan Bandung, seperti ketika memasuki musim kemarau. Warga yang semula dapat memenuhi kebutuhan air bakunya dari sungai, kini sudah tak diharapkan lagi karena kualitas air yang semakin menurun. Mata air pun hanya tinggalkan jejak yang terabadikan dalam toponimi, seperti nama-nama geografi Sekelola, Sekelimus, Sekebirus, dll.
Konteks yang dimaksud pada paragraf di atas bisa dilihat dari penyebutan nama peristiwa yaitu “krisis air”, waktu kejadian yaitu “saat kemarau”, dan tempat terjadinya peristiwa yaitu di “Cekungan Bandung”.
2. Deskripsi
Pada bagian ini berisi tentang keadaan objek atau proses berlangsungnya kegiatan secara rinci. Bagian ini menjadi jawaban atas pertanyaan “bagaimana”. Contohnya sebagai berikut:
Peran Citarum semakin terus berkurang karena penghancuran wilayah sungai yang dilakukan oleh manusia yang sangat memerlukan, bahkan sangat tergantung akan keberadaan sungai itu. Kehancuran di sepanjang sungai ini, mulai dari hulu, tengah, dan hilir.
Manusia yang menghancurkan, manusia pulalah yang menderita akibat kehancuran itu. Kerusakan lingkungan dan penghancuran sungai oleh pencemaran adalah yang terberat. Kehancuran di hulu Citarum karena sistem pertanian dengan tanaman jangka pendek yang sudah tidak mengindahkan lagi aturan negara dan aturan alam.
Ketika hujan tiba, air hujan langsung menggerus tanah-tanah pucuk, mengalir ke lembah-lembah, mengendap di dasar sungai dan di dasar bendungan.
Pada bagian ini menceritakan proses berkurangnya peran Sungai Citarum yang disebabkan oleh tindakan manusia.
3. Penilaian
Struktur yang terakhir dari teks tanggapan yaitu penilaian. Bagian ini berisi pendapat atau opini tentang sebuah objek. Penilaian yang diberikan bisa positif maupun negatif, bisa juga berisi kelebihan atau kekurangan dari objek yang dinilai. Contohnya seperti berikut:
Mengembalikan Citarum kembali bersih, sesungguhnya merupakan perbuatan mulia yang mengandung nilai kemanusiaan. Sambil menunggu keberhasilan usaha-usaha membersihkan Citarum tersebut, perlu ada usaha-usaha jangka pendek sebagai percontohan dalam pengelolaan sungai.
Selain itu, diperlukan juga upaya menjernihkan air sungai secara alami, sehingga dapat dipergunakan dengan aman untuk bersawah dan menanam ikan di kolam. Apabila percontohan ini dinilai oleh masyarakat dapat menguntungkan secara ekonomi, maka masyarakat akan menirunya.
Menumbuhkan kesadaran otoritas negara dan masyarakat untuk menanam pohon alami di lahan-lahan negara yang sudah kritis, adalah masalah berat yang harus menjadi perhatian utama. Pohon seringkali dianggap menjadi pengganggu dalam usaha pertanian sayur di lahan milik negara.
Pada bagian ini, penulis teks tanggapan memberikan solusi yang dapat diterapkan untuk mengembalikan fungsi Citarum.