Teks eksplanasi adalah teks yang menjelaskan proses terjadinya atau terbentuknya suatu fenomena alam atau sosial. Tujuan dari teks eksplanasi adalah untuk memberikan informasi berupa fakta secara jelas tentang fenomena yang sedang atau sudah terjadi.
Teks eksplanasi memiliki ciri khas, yaitu memaparkan fakta dari suatu peristiwa yang terjadi. Data dalam teks eksplanasi merupakan pendukung dari fakta tersebut. Contoh teks eksplanasi yaitu teks tentang terjadinya gerhana bulan.
Struktur Teks Eksplanasi
Berikut struktur teks eksplanasi.
- Pernyataan umum/identifikasi fenomena, berisi pernyataan umum tentang topik yang akan dijelaskan pada proses terjadinya/proses keberadaan.
- Urutan sebab akibat/proses Kejadian, berisi penjelasan proses terjadinya yang disajikan dengan secara urut atau bertahap dari yang paling awal sampai akhir.
- Interpretasi/ulasan, berisi simpulan dari topik yang telah dijelaskan.
Contoh Teks Eksplanasi
Berikut contoh teks eksplanasi karya Kosasih dalam buku Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Demonstrasi Massal
Pernyataan umum:
Akhir-akhir ini demonstrasi kerap terjadi hampir setiap waktu dan terjadi di berbagai tempat. Bahkan, demonstrasi sudah menjadi fenomena yang lumrah di tengah-tengah masyarakat kita. Menanggapi fenomena tersebut, seorang kepala daerah menyatakan bahwa penyebab demonstrasi dan anarkisme tidak lain adalah faktor laparnya masyarakat. Lantas ia mencontohkan rakyat Malaysia dan Brunei yang adem ayem, lantaran kesejahteraan mereka terpenuhi maka demonstrasi di negara-negara itu jarang terjadi.
Urutan sebab akibat:
Tentu saja komentar tersebut menyulut reaksi para mahasiswa. Mereka memprotes dan meminta sang bupati mencabut kembali pernyataannya. Para mahasiswa tidak terima dan tidak merasa memiliki motif serendah itu. Mereka berpendirian bahwa demonstrasi yang biasa mereka lakukan murni untuk memperjuangkan kebenaran dan melawan kemungkaran yang terjadi di hadapannya.
Persoalannya kemudian, pendapat manakah yang benar; sang bupati atau pihak mahasiswa ataupun komponen-komponen masyarakat lainnya? Barangkali logika sang bupati dikaitkan dengan kebiasaan bayi atau anak kecil yang memang begitu adanya. Kalau seorang bayi merasa lapar, ia akan ngamuk: menangis dan meronta-ronta. Namun, apabila logika sang bupati dibawa pada konteks yang lebih luas, jelaslah tidak relevan, misalnya membandingkan dengan kondisi rakyat di Malaysia ataupun Brunei yang adem-ayem, tidak seperti halnya rakyat Indonesia yang gampangan.
Demonstrasi massa tidak selalu disebabkan oleh urusan perut, bahkan banyak peristiwa yang sama sekali tidak didasari oleh motif itu. Dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, Abraham Maslow membaginya ke dalam beberapa tingkatan. Kebutuhan yang paling mendasar adalah makan dan minum. Sementara itu, yang paling puncak adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.
Namun demikian, pada umumnya demonstrasi massa justru lebih didasari oleh kebutuhan tingkatan akhir itu. Masyarakat berdemonstrasi karena membutuhkan pengakuan dari pemerintah maupun pihak-pihak lain agar hak-hak dan eksistensi mereka diakui. Karena merasa dibiarkan, hak-haknya diingkari, bahkan dinistakan, kemudian mereka berusaha untuk menunjukkan jati dirinya dengan cara berdemonstrasi.
Banyak fakta dapat membuktikannya. Demonstrasi massa pada awalawal reformasi di negeri ini pada tahun 1997–1998, bukan dilakukan oleh rakyat miskin ataupun orang-orang lapar. Justru hal itu dilakukan oleh warga dari kalangan menengah ke atas, dalam hal ini adalah mahasiswa dan golongan intelektual. Belum lagi kalau merujuk pada kasus-kasus yang terjadi di luar negeri. Dalam berbagai skala (besar atau kecil), demonstrasi bukan hal aneh lagi bagi negara-negara Eropa. Demonstrasi yang mereka lakukan sudah tentu tidak didorong oleh kondisi perut yang lapar karena mereka pada umumnya dalam kondisi yang sangat makmur.
Perbandingan yang cukup kontras dengan melihat peristiwa terbaru di Korea Utara. Kondisi sosial ekonomi warga negaranya sangat jauh terbelakang. Kemiskinan menjadi pemandangan umum hampir melanda di seluruh pelosok negeri. Akan tetapi, ketika Kim Jong-Il, pimpinannya itu meninggal, tak ada upaya penggulingan kekuasaan ataupun demonstrasi untuk menuntut perubahan politik di negerinya. Padahal peluang untuk itu lebih terbuka. Justru yang terjadi kemudian hampir seluruh warganya menunduk hidmat, mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat.
Demikian pula jika kita melihat kembali kondisi masyarakat di negara tersebut. Kemiskinan sangat akrab di pinggiran kota dan di sudut-sudut desa di berbagai pelosok. Akan tetapi, mereka jarang melakukan demonstrasi: hanya satu-dua peristiwa. Justru yang jauh lebih getol melakukan hal itu adalah warga yang tinggal pusat-pusat kota, yang secara umum mereka lebih makmur.
Interpretasi:
Dengan fakta semacam itu, nyatalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama untuk terjadinya gelombang demonstrasi. Akan tetapi, fenomena tersebut lebih disebabkan oleh kemampuan berpikir kritis dari warga masyarakat. Mereka tahu akan hak-haknya, mengerti pula bahwa di sekitarnya telah terjadi pelanggaran dan kesewenang-wenangan. Mereka kemudian melakukan protes dan menyampaikan sejumlah tuntutan. Apabila faktor-faktor itu tidak ada di dalam diri mereka, apapun yang terjadi di sekitarnya, mereka akan seperti kerbau dicocok hidung: manggut-manggut dan berkata “ya” pada apa pun tindakan dari pimpinannya meskipun menyimpang, dan bahkan menzalimi mereka sendiri.
Contoh Teks Eksplanasi Beserta Strukturnya
Simak contoh teks eksplanasi beserta strukturnya berikut ini.
Pengamen Jalanan
Pernyataan umum:
Semakin menjamurnya pengamen jalanan saat ini terutama di kota-kota besar seolah menimbulkan masalah tersendiri. Ada yang menanggapinya secara positif namun lebih banyak lagi yang menanggapinya secara negatif. Pengamen jalanan adalah penari, penyanyi, atau pemain musik yang mengadakan pertunjukkan di jalanan dengan cara berpindah-pindah dari satu kendaraan ke kendaraan lain. Pengamen jalanan lekat dengan simbol anak jalanan yang digambarkan dekil, kotor, nakal, kriminal, dan sebagainya. Buruknya pandangan masyarakat terhadap pengamen jalanan menimbulkan problema tersendiri yang patut untuk dibahas.
Urutan sebab akibat:
Stigma negatif masyarakat terhadap keberadaan pengamen sudah berlangsung sejak lama. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Faktor tersebut antara lain , karena sebagian besar masyarakat menganggap buruk profesi ini. Masyarakat berasumsi bahwa semua pengamen jalanan tidak berpendidikan dak akrab dengan dunia hitam kriminal, dan masih banyak lainnya. Faktor-faktor diatas hanya segelintir dari beragam alasan yang muncul di masyarakat terkait tanggapan negatif mereka terhadap pengamen jalanan.
Banyak hal yang melatarbelakangi orang-orang untuk turun ke jalan dan mengamen. Ada yang dikarenakan himpitan ekonomi sehingga mengharuskan mereka untuk turun ke jalan demi sesuap nasi. Ada juga yang dilatarbelakangi alasan untuk menyalurkan hobi dan minat mereka. Lazim ditemui para mahasiswa yang menjadi pengamen karena minat dan hobi mereka adalah bernyanyi dan bermain musik.
Masyarakat di kota-kota besar yang menggunakan moda transportasi pribadi maupun publik mungkin sudah terbiasa dengan hilir mudik pengamen jalanan yang menyatu dengan para pedagang asongan, pengemis, gelandangan, dll. Tanggapan masyarakat awam tentang pengamen jalanan beragam, ada yang mengaku cukup terhibur dan senang terhadap keberadaan mereka. Lebih banyak lagi yang merasa terganggu dan tidak nyaman terhadap mereka. Cita pengamen diperburuk lagi dengan banyaknya kasus kriminal yang melibatkan pengamen jalanan sebagai pelakunya.
Pengamen jalanan tidak boleh kita pandang hanya dengan sebelah mata. Ada beberapa artis papan atas Indonesia hingga dunia yang merintis karirnya dari jalanan. Dalam negeri ada Charlie Van Houten, yang dulu tergabung dalam salah satu band ternama di Indonesia, ST 12. Ia mengaku memulai karirnya mengamen dari satu stasiun kereta ke stasiun lainnya. Ada juga Tegar, Aris ‘Idol’, dll. Di luar negeri, ada grup band termasyhur di zamannya yaitu bahkan melegenda hingga sekarang band kenamaan The Beatles. Ada juga Ed Sheeran yang dahulunya merupakan pengamen jalanan di sekitaran arena O2 di London, Inggris. Ia telah diakui sebagai musisi yang hebat, ditambah banyaknya penghargaan yang telah diraihnya termasuk yang paling bergengsi dalam industri music dunia “Grammy Awards”. Artis-artis di atas menjadi bukti nyata bahwa pengamen jalanan tidak boleh dipandang sebelah mata.
Interpretasi:
Menanggapi keberadaan pengamen jalanan haruslah dilihat dari dua sisi. Pola penyelesaian masalah ini harus dilakukan di seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah juga harus memegang peran untuk mengedukasi dan membimbing para pengamen jalanan agar menjadi pribadi – pribadi yang lebih baik kedepannya. Kita sebagai masyarakat harus bersikap bijaksana. Seperti pepatah yang mengungkapkan “jangan hanya menilai buku dari sampulnya”, mungkin sudah saatnya kita menggunakan pepatah ini dalam menanggapi keberadaan pengamen jalanan di sekitar kita.
Sumber: Repositori.kemdikbud.go.id