Ada Kasus Hepatitis Akut Jenis Baru, Kemenkes Imbau Warga Waspada

ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Ilustrasi: Kasus hepatitis akut jenis baru menyerang anak-anak.
Penulis: Adi Ahdiat
1/5/2022, 21.31 WIB

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan ada Kejadian Luar Biasa (KLB) berupa kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia sejak 15 April 2022.

Kemudian dalam dua pekan terakhir sampai 31 April 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat ada 3 pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya.

"Ketiga pasien ini merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat," lapor Kemenkes dalam siaran persnya, Minggu (1/5/2022).

"Gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran," lanjutnya.

Kemenkes sedang berupaya melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta juga sedang melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.

"Selama masa investigasi, kami mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit, serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi dalam keterangan persnya, Minggu (1/5/2022).

"Jika anak-anak memiliki gejala kuning, sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, penurunan kesadaran agar segera memeriksakan anak ke fasilitas layanan kesehatan terdekat," tutur dr. Nadia.

Kasus Sudah Ditemukan di 12 Negara

Menurut laporan WHO, saat ini sudah ada lebih dari 170 kasus hepatitis akut pada anak-anak, yang dilaporkan di lebih dari 12 negara.

WHO pertama kali menerima laporan kasus ini pada 5 April 2022 dari Skotlandia Tengah, Inggris Raya, mengenai 10 kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown Aetiology) pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun selama periode Januari-Maret 2022.

Kemudian muncul laporan bahwa kasus ini juga terjadi pada anak-anak di kisaran usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun. Tujuh belas anak di antaranya (10%) memerlukan transplantasi hati, dan 1 kasus dilaporkan meninggal.

Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (Penyakit Kuning) akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah). Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.

Penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium di luar negeri telah dilakukan, dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.

Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus di luar negeri, yang setelah dilakukan tes molekuler teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.

Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 Tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) tertanggal 27 April 2022.

Surat Edaran tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan Pemerintah Daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini penemuan kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya.

Kemenkes juga meminta pihak-pihak terkait menginformasikan kepada masyarakat untuk segera mengunjungi Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) terdekat apabila mengalami sindrom Penyakit Kuning, serta membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas sektor.

“Tentunya kami lakukan penguatan surveilans melalui lintas program dan lintas sektor, agar dapat segera dilakukan tindakan apabila ditemukan kasus sindrom jaundice akut maupun yang memiliki ciri-ciri seperti gejala hepatitis,” jelas dr. Nadia.