Cacar Monyet Menyebar hingga Australia, Seperti Apa Gejalanya?

ANTARA FOTO/REUTERS/CDC/Handout /RWA/dj
T. IT IS DISTRIBUTED, EXACTLY AS RECEIVED BY REUTERS, AS A SERVICE TO CLIENTS Bagian jaringan kulit yang diambil dari luka pada kulit kera yang telah terinfeksi virus cacar monyet, dilihat dengan pembesaran 50X di hari keempat perkembangan ruam pada 1968.
20/5/2022, 15.34 WIB

Belum selesai Covid-19 dan hepatitis akut, penularan cacar monyet kini tengah mengintai dunia. Sejumlah negara saat ini telah melaporkan munculnya penyakit tersebut.

Inggris, Spanyol, hingga Portugal telah melaporkan penyakit tersebut. Bahkan Australia juga melaporkan adanya pasien positif cacar monyet. 

Dua kasus ditemukan di Negara Bagian Victoria dan New South Wales.Pasien di New South Wales merupakan pria berusia 40-an dengan penyakit ringan usai kembali dari Eropa.

Begitu pula hasil pengujian yang dilakukan Negara Bagian Victoria. "Telah terkonfirmasi memiliki virus dan diisolasi dengan gejala ringan," bunyi keterangan Departemen Kesehatan Victoria pada Jumat (20/5) dikutip dari The Guardian.

Namun apa penyebab penyakit ini dan bagaimana gejalanya? 

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan cacar monyet atau disebut monkeypox muncul pada tahun 1958 dari monyet yang dipelihara untuk penelitian. Infeksi penyakit ini berasal dari virus dan biasanya berlangsung selama dua atau empat pekan.

Gejala awalnya mirip influenza dan pembengkakan kelenja getah bening. Setelah itu tubuh pasien akan dipenuhi benjolan berisi cairan atau cacar yang bisa menyebar ke seluruh kulit.

Penyakit ini bisa menyebar lewat kontak dengan hewan serta manusia. CDC mencontohkan penularan bisa terjadi lewat droplet hingga cairan lain yang berada di tubuh.

Cacar monyet ini juga bisa mematikan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan sebanyak 1 dari 10 orang yang terinfeksi virus ini di sekitar wilayah Sungai Congo meninggal dunia. Sementara strain virus dari Afrika Barat mengakibatkan 1 dari 100 orang kehilangan nyawa.

Penyakit ini memang biasanya ditemukan di wilayah Afrika Tengah dan Afrika Barat. Beberapa kasus di Inggris juga merupakan pelaku perjalanan dari Nigeria.

Ahli juga terkejut bahwa penularan penyakit ini rekatif cepat di antara manusia. "Ini mungkin nasib buruk atau memang ada sesuatu yang sangat tidak biasa telah terjadi," kata Profesor bidang evolusi dan genomik Universitas Oxford Prof. Aris Katzourakis dikutip dari The Washington Post, Jumat (20/5).

Namun berbeda dengan Covid-19, cacar monyet sangat terlihat dan dilacak. Katzourakis juga mengatakan dunia saat ini telah memiliki vaksin cacar yang menyebabkan penyakit ini seharusnya lebih mudah ditangani.

"Tidak berpotensi menyebar ke seluruh dunia dengan kecepatan seperti yang kita lihat pada Covid-19," katanya.

Namun ia tetap mengingatkan jika kasus ini berlanjut, maka ada peluang virus untuk bermutasi. Hal ini pernah terjadi pada mutasi SARS-CoV-2 yang lebih menular.

Sedangkan epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengingatkan pemerintah tetap melaksanakan protokol yang ketat terutama terhadap pelaku perjalanan internasional. Apalagi rasio kematian dari cacar monyet bisa mencapai 10%.

Reporter: Dudi Sholachuddin Triambudi