Rusuh Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, 127 Orang Meninggal

ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/aww.
Sejumlah pesepak bola Persik Kediri bersitegang dengan pesepak bola Arema FC pada kompetisi Liga 1 di Stadion Brawijaya, Kota Kediri, Jawa Timur, Sabtu (17/9/2022). Ilustrasi
Penulis: Ira Guslina Sufa
2/10/2022, 06.25 WIB

Sebanyak 127 orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dalam jumpa pers Minggu (2/10) mengatakan kerusuhan terjadi setelah laga sepak bola antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya.

"Dalam kejadian itu, telah meninggal 127 orang, dua di antaranya adalah anggota Polri," kata Nico.

Nico menjelaskan sebanyak 34 orang dilaporkan meninggal dunia di lokasi Stadion Kanjuruhan. Sisanya meninggal saat mendapatkan pertolongan di sejumlah rumah sakit setempat. Menurutnya, hingga saat ini terdapat kurang lebih 180 orang yang masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit tersebut.

Selain korban meninggal dunia, tercatat ada 13 unit kendaraan yang mengalami kerusakan. Sebanyak 10 di antaranya merupakan kendaraan Polri.

"Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan. Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkis. Hanya sebagian, sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan," tambahnya.

Menanggapi kerusuhan ini, Pengurus Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam akun resmi  media sosial twitter mengatakan turut berduka cita.  Tak lupa PSSI mendoakan para korban. 

 Kronologi Rusuh Kanjuruhan

Lebih jauh Nico mengatakan pada mulanya pertandingan di Stadion Kanjuruhan tersebut berjalan dengan lancar. Namun, setelah permainan berakhir, sejumlah pendukung Arema FC merasa kecewa. Beberapa di antara mereka turun ke lapangan untuk mencari pemain dan ofisial.

Petugas pengamanan kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain. Dalam prosesnya, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata.

Menurutnya, penembakan gas air mata tersebut dilakukan karena para pendukung tim berjuluk Singo Edan tidak puas dan turun ke lapangan. Tindakan ini dinilai anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.

"Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen," katanya.

Sementara itu, Bupati Malang M. Sanusi menyatakan seluruh biaya pengobatan para suporter yang saat ini menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit akan ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Kabupaten Malang.

"Kami mengerahkan seluruh ambulans untuk proses evakuasi dari Stadion Kanjuruhan. Untuk yang sehat dan dirawat, biaya semua yang menanggung Kabupaten Malang," kata Sanusi.

Kericuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan,  Sabtu malam (1/10). Kekalahan itu merupakan yang pertama bagi Arema FC sejak 23 tahun terakhir.

Reporter: Antara