9 Kumpulan Puisi Satire untuk Mengkritik Penguasa

Katadata
Ilustrasi Puisi Satire
Penulis: Tifani
Editor: Intan
1/12/2022, 18.57 WIB

Puisi satire adalah puisi yang berisi sindiran halus atau kritik kepaa penguasa atau orang yang memiliki kedudukan (jabatan). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) satire diartikan sebagai gaya bahasa yang dipakai dalam kesusastraan untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang.

Sedangkan dikutip dari laman Pelajaran.co.id, satire berasal dari bahasa latin yaitu satura yang berarti kritikan atau kecaman tajam terhadap suatu fenomena; dan tidak puasnya hati suatu golongan (pada pemimpin yang zalim). Lebih singkatnya, pengertian Satire adalah salah satu jenis puisi baru yang berisikan sindiran atau kritikan.

Contoh Puisi Satire

1. Aku Bertanya

Oleh WS Rendra

Aku bertanya…

tetapi pertanyaan-pertanyaanku

membentur jidat penyair-penyair salon,

yang bersajak tentang anggur dan rembulan,


sementara ketidakadilan terjadi

di sampingnya,

dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,

termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian.


2. Diponegoro

Karya: Chairil Anwar

Di Masa Pembangunan Ini

Tuan Hidup Kembali

Dan Bara Kagum Menjadi Api

Di Depan Sekali Tuan Menanti

Tak Gentar. Lawan Banyaknya Seratus Kali.

Pedang Di Kanan, Keris Di Kiri

Berselempang Semangat Yang Tak Bisa Mati.

Maju

Ini Barisan Tak Bergenderang-Berpalu

Kepercayaan Tanda Menyerbu.

Sekali Berarti

Sudah Itu Mati.

Maju

Bagimu Negeri

Menyediakan Api.

Punah Di Atas Menghamba

Binasa Di Atas Ditindas

Sesungguhnya Jalan Ajal Baru Tercapai

Jika Hidup Harus Merasai

Maju, Serbu, Serang, Terjang


3. Jangan Ganggu Kesetiaanku

Oleh: Iringan Bayu Senja

Jangan hunuskan senyum manismu untukku..

Sebab kutahu itu hanya bernilai semu..

Jangan hujamkan lirikan mata elangmu padaku..

Sebab ku tau itu juga bernilai palsu..


Jangan pula kau lebarkan tawamu untukku..

Sebab kutahu itu juga hanya basa basimu..

Jangan kau tawarkan apapun padaku..

Sebab itu hanya kan sakiti orang terkasihmu..


Sedang aku, jikapun yang kau tawarkan berasal dari hatimu.

Maka tetap saja aku tak akan mau..

Aku menjadikan kehidupan kasihku atas dirimu..


Berlalulah dan biarkan peradaban waktu..

Menjawab semua maumu..

Aku sudah setia tapi kau masih selingkuh juga


4. Kau

Oleh Nuke Hanasasmit

Lihat kami!

Kami mencoba kuat diatas kekurangan

Tak lelah banting tulang

Tapi kau?

Lihat dirimu!

Kau tak bersyukur dengan dirimu


Kau curi hak kami

Kau biarkan kami menderita

Tapi kau?

Seakan menari-nari diatas penderitaan kami

Lihat kami!


Apa tak kau lihat keringat kami?

Keletihan kami

Hanya demi sesuap nasi

Lihat negeri ini!

Sudah tiadakah hati?


Sudah tiadakah mata?

Hingga tak pernah kau lihat kami

Lalu, harus kemanakah kami?

Kami memang tak mampu balas dirimu

Karena Tuhan yang akan balas dirimu


5. Kau Menang Dalam Hati

Oleh Lathifa Rulia Sadyyah

Kecil hingga Besar kau mencari keberhasilan

Bodoh hingga Pintar kau merangkai kesuksesan

Kau gores dengan noda yang pilu

Demi sekejap kenikmatan yang tabu


Kepala demi Kepala menunggumu dibelakang

Mengais sedikit sumbangan untuk sesuap nasi

Tidakkah kau terlalu melambung

Melampaui batas kerendahan hati


Dahulu kau cari mereka semua

Dahulu kau berjanji kepadanya

Dahulu kau susah payah bersama

Tapi sekarang Kau buang kami seperti tidak ada


Kemarin kau termangu seperti orang tak punya arah

Hari ini kau tersenyum seperti orang hebat

Besok kau akan menggongong di depan pasrah

Lusa kau akan masuk kedalam hutan yang penat


Kau berlari amat jauh seperti maling

Kau tidak tentram seperti angin topan

Semua itu kaurasakan sebagai balasan

Yang Maha Kuasa tentu akan melarang


6. Pencopet Metropolitan

Oleh Malik Abdul

Siang hari di bandara Soekarno-Hatta

Mentari terik menyengat kulit seorang kakek tua

Dia berjalan gontai membawa tas yang penuh dengan pakaian

Terlihat binar matanya menampakkan kerinduan akan kampung halaman


Kepada isteri, anak, dan cucu-cucunya

Bahunya nampak terbungkuk menopang segala beban

Beban yang ada di dalam tasnya

Juga beban akan tanggung jawabnya


Dari arah berlawanan seorang pemuda berjalan cepat

Seperti terburu oleh nafsu sesaat

Tanpa perduli bahwa semua itu perbuatan jahat

Brakk…!


Tampak ia menabrak seorang kakek tua

Sang kakek terjatuh

Tangannya yang ringkih menopang tubuhnya yang terpelanting

Kerumunan orang apatis hanya menyaksikan


Sejenak terhenti dari langkah mereka

Namun seakan peristiwa itu hanyalah hal kecil

Dalam sekejap si pemuda itu terbangun

Dengan gerak cepat ia menyingkapkan dompet coklat didalam jaket

Na’as…

Sang kakek kehilangan segalanya

Semua kerja kerasnya lenyap dalam sekejap

Nampak kesedihan dari mata yang teduh itu

Dari kejauhan ia hanya menyaksikan


Si pemuda itu berlalari sangat kencang

Hingga tiba di seberang jalan

Ia hendak melawan arah untuk terus berlari

Namun sebuah buss melaju kencang hingga tiada mampu ia hindari

Saatnya tibalah karma berujung mati!


7. Kepada Para Pemulung Desaku

Oleh Malik Abdul

Desaku terpencil di sudut sungai yang sepi

Masyarakat hidup pas-pasan tetapi penuh gaya

Seakan tak mau kalah dengan kemajuan kota

Mereka tak tahu apa itu halal


Mereka tak tahu apa itu haram

Sambil menyelam minum air

Sambil memulung mereka mencuri

Sambil mencuri mereka menari


Sambil menari mereka mengotori diri

Tiada satu pun cita-cita yang mulia diantara mereka

Karena mereka tiada mengenalnya

Ajaran agama pun tidak mereka anggap benar

Lantas siapakah yang harus berbenah

Para kiyai kah?

Atau mereka?


8 Negeriku

Oleh Gus Mus

Mana ada negri sesubur negeriku

Sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tehu dan jagung tapi juga pabrik, tempat rekreasi dan gedung

Prabot-prabot orang kaya di dunia dan burung-burung indah piaraan mereka berasal dari hutanku

Ikan-ikan pilihan yang mereka santap bermula dari lautku

Emas dan perak, perhiasan mereka digali dari tambangku

Air bersih yang mereka minum bersumber dari keringatku


Mana ada negri sekaya negeriku

Majikan-majikan bangsaku memiliki buruh-buruh mancanegara

Brangkas-brangkas Bank ternama dimana-mana menyimpan harta-hartaku

Negriku menumbuhkan konglomera dan mengikis habis kaum melarat

Rata -rata pemimpin negriku dan handai tolannya terkaya didunia


Mana ada negri semakmur negeriku

Penganggur-penganggur diberi perumahan, gaji dan pensiunan setiap bulan

Rakyat-rakyat kecil menyumbang negara tanpa imbalan

Rampok-rampok di beri rekomendasi, dengan kop sakti instansi

Maling-maling di beri konsensi

Tikus dan kucing dengan asik berkorupsi


9. Di Negeri Amplop

Oleh Gus Mus

Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya “malu”

Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi “rapi-rapi”

David coverfil dan rudini bersembunyi “rendah diri”

Entah, andai Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya


Amplop-amplop di negeri amplop mengatur dengan teratur

Hal-hal yang tak teratur menjadi teratur

Hal-hal yang teratur menjadi tak teratur

Memutuskan putusan yang tak putus

Membatalkan putusan yang sudah putus

Amplop-amplop menguasai penguasa

Dan mengendalikan orang orang biasa


Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan

Mencairkan dan membekukan

Mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu

Orang mendengar bisa tuli

Orang alim bisa nafsu


Orang sakti bisa mati

Di negri amplop, amplop-amplop mengamplopi apa saja dan siapa saja.