Tak Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U20, Ekonom: Indonesia Rugi Triliunan

ANTARA FOTO/Rizal Hanafi/Ds/rwa.
Pekerja berjalan di dalam lapangan Stadion Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (30/3/2023). FIFA resmi membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 yang rencananya digelar pada akhir Mei mendatang.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Lona Olavia
30/3/2023, 20.11 WIB

Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 yang semula dijadwalkan berlangsung Mei mendatang. Meski belum ada perhitungan pasti, pengamat ekonomi melihat pembatalan tersebut akan menimbulkan potensi kerugian dari sisi ekonomi domestik.

Ekonom Institute for Development of Economic Studies (Indef) Nailul Huda memperkirakan, Indonesia akan kehilangan potensi tambahan ekonomi dari perhelatan akbar itu. Berdasarkan perhitungannya, potensi nilai tambah ekonomi yang hilang dari pembatalan tersebut antara Rp 125-188 triliun. 

Hal ini seiring potensi dampak langsung tambahan ekonomi yang hilang sebesar Rp 73-109 triliun, sisanya merupakan dampak tidak langsung. Ini dengan menghitung potensi pengeluaran langsung dari penonton dan tim yang diperkirakan datang ke Indonesia. Nailul menyebut data yang dipakai untuk membuat perkiraan itu dari BPS berdasarkan rata-rata besaran pengeluaran wisman di Indonesia tahun lalu.

"Dampak langsung ini berupa pnginapan, makanan, transportasi dalam negeri, wisata, oleh-oleh, dan pengeluaran lainnya dari wisman dan wisawatan nusantara," kata Nailul, Kamis (30/3).

Dunia usaha diperkirakan kehilangan potensi pendapatannya antara Rp 74-110 triliun. Tak hanya pelaku usahanya, tetapi para pekerja yang terlibat juga berpotensi merugi, dengan potensi pendapatan yang akhirnya menguap mencapai Rp 34-51 triliun. 

Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, ada tiga jenis kerugian ekonomi yang dialami Indonesia dengan batalnya pagelaran Piala Dunia U20. Pertama, hilangnya potensi penerimaan dari sisi pariwisata.

Penyelenggaran Piala Dunia U20 semula diharap bisa menarik wisatawan masuk ke dalam negeri, terutama dari para pendukung negara yang bertanding. Kedatangan turis asing itu tentu bisa membawa untuk terhadap sektor perhotelan hingga restoran. 

"Dengan pembatalan U20 ini, maka potential loss-nya adalah harapan bahwa acara ini bisa menarik masuk minat asing menjadi hilang," kata Rendy, Kamis (30/3).

Kedua, kerugian dari pihak swasta terutama perusahaan yang sudah mendaftarkan diri sebagai sponsorship. Pembatalan acara tersebut berarti swasta merugi akibat rencana yang sudah dibuat batal sepenuhnya.

Ketiga, kerugian bagi pemerintah dari sisi anggaran persiapan yang bisa disebut akan 'hangus'. Pemerintah melalui Kemenpora diketahui telah mempersiapkan anggaran ratusan miliar untuk mensukseskan perhelatan yang sebelumnya dijadwalkan 20 Mei-11 Juni itu. 

Pemerintah juga telah menggelontorkan uang negara untuk memperbaiki sejumlah stadion yang akan dipakai untuk bertanding, termasuk lapangan latihan. Kementerian PUPR telah menggelontorkan anggaran Rp 175 miliar untuk merevitalisasi sejumlah stadion pertandingan di lima kota yakni Palembang, Bandung, Solo, Bali, dan Surabaya. 

"Meski dalam jangka panjang bisa dipakai keperluan lain, tapi dalam konteks Piala Dunia U20, ada biaya yang dikeluarkan dengan harapan bisa dipakai tahun ini, sehingga dengan pembatalan tersebut bisa dikategorikan ini adalah loss atau kerugiannya," ujar Rendy.

Belum lagi, pengalaman gagal sebagai tuan rumah ini menurutnya juga akan mempengaruhi minat penyelenggaran acara internasional lainnya di masa mendatang untuk menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah.  

FIFA sebelumnya mengumumkan Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U20. Keputusan tersebut diambil meskipun Ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau PSSI Erick Thohir sudah melakukan lobi ke FIFA, Rabu (29/3).

"Menyusul pertemuan hari ini antara Presiden FIFA Gianni Infantino dan Presiden Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir, FIFA telah memutuskan, karena keadaan saat ini, untuk menghapus Indonesia sebagai tuan rumah FIFA U-20 World Cup 2023," tulis keterangan FIFA dalam situs resminya, dikutip Kamis (30/3).

Menurut keterangan FIFA, tuan rumah baru akan diumumkan sesegera mungkin. Sementara tanggal turnamen tetap tidak berubah. Potensi sanksi terhadap PSSI juga dapat diputuskan pada tahap selanjutnya.

Reporter: Abdul Azis Said