Komite Olimpiade Indonesia (KOI) menanggapi penolakan yang muncul atas kehadiran tim Israel pada ANOC World Beach Games di Bali. KOI menyayangkan hal ini menimbulkan kegaduhan.
Penolakan akan hadirnya atlet Israel disampaikan Gubernur Bali I Wayan Koster. Ketua KOI Raja Sapta Oktohari berharap ada komunikasi terkait kepastian pelaksanaan World Beach Games.
“Saya menyayangkan kenapa situasi ini terus berlarut-larut dan gaduh di media. Seharusnya kita duduk bersama-sama," katanya di Jakarta, Kamis (6/4).
Okto, panggilan akrabnya, mengatakan hingga saat ini dirinya belum menerima penolakan resmi dari Koster. Namun ia menyiapkan antisipasi jika hal tersebut terjadi.
"Jika memang benar demikian, harus ada rencana cadangan dan KOI akan berkoordinasi," katanya.
Saat ini ia telah menyurati Koster dan menyampaikan bahwa kualifikasi World beach Games baru rampung Juni 2023. Ia juga mengatakan ajang ini akan diikuti 205 negara dan merupakan multi event terbesar ketiga di dunia.
Oleh sebab itu, ia berharap tidak ada diskriminasi dan politisasi atas semangat olahraga. Okto juga meyakini olahraga bisa menjadi sarana menciptakan kedamaian.
"Jangan gabungkan olahraga dengan politik karena kami mengedepankan netralitas," ujarnya.
Okto juga mengingatkan seluruh pihak bahwa nama Indonesia sudah cukup harum karena berhasil menyelenggarakan KTT G20 hingga Asian Games 2017. Oleh sebab itu ia meminta semua elemen menjaga nama baik tersebut.
"Jangan sampai (batalnya) Piala Dunia U20 kemarin menjadi efek domino untuk olahraga Indonesia," katanya.
Sebelumnya Koster menjelaskan penolakan kontingen Israel ke kompetisi multicabang tersebut sejalan dengan Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 3 Tahun 2019 tentang Panduan Umum Hubungan Luar Negeri Oleh Pemerintah Daerah.
Berdasarkan aturan tersebut, Koster akan menerima atlet dari Israel jika mereka tidak menyanyikan lagu kebangsaan maupun mengibarkan benderanya di Pulau Dewata. "Itu berdasarkan konstitusi," kata Koster kepada sejumlah media di Karangasem, Bali, Rabu (5/4).